Menuju konten utama

Djarot Lakukan Strategi Pendekatan ke Nahdlatul Ulama

Djarot dalam agenda blusukannya sering mendatangi acara pengajian, istighosah, ataupun sekadar silaturahmi dengan umat NU.

Djarot Lakukan Strategi Pendekatan ke Nahdlatul Ulama
Calon Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyampaikan orasi politik di hadapan saksi - saksi TPS dari partai Golkar di Bintaro, Jakarta, Rabu (29/3). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal.

tirto.id - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat ke Nahdlatul Ulama (NU) merupakan suatu hal yang wajar.

"Hal yang wajar siapapun calon termasuk Anies-Sandi mendekat organisasi keagamaan, merupakan suatu hal yang wajar untuk memperoleh dukungan. Yang menjadi masalah ketika permasalahan agama dieksploitasi untuk tujuan sesaat," kata Emrus saat dihubungi Tirto, Selasa (4/4/2017).

Komunikasi yang dibangun Djarot dengan NU, kata dia, bisa menentukan kemenangan Djarot dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) apabila pasangan nomor urut dua itu menawarkan program-program yang memperhatikan pembangunan bidang agama yang berbasis inklusivisme.

Hal tersebut, menurut Emrus, karena selisih antara paslon nomor dua dan nomor tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno sangat tipis, yakni sekitar 3 persen. Menurut dia, angka tersebut kalau dilihat dari segi statistik masih termasuk dalam margin of error dan tidak berbeda. Karenanya, penambahan satu suara merupakan hal yang sangat berharga.

"Bagus sekali kalau Djarot melakukan pendekatan seperti itu kalau dilihat secara komunikasi politik, pendekatan homogenitas. Maka ketika terjadi homogenitas komunikasi bisa memberikan dukungan," ungkap dia lebih lanjut.

Kunjungan-kunjungan seperti yang dilakukan Djarot ke tempat istighosah, pengajian dan silaturahmi dengan warga NU, menurut dia akan menimbulkan efek perilaku memilih dan tokoh yang didekati bisa menjelaskan keinginannya.

Lebih lanjut Emrus menjelaskan pendekatan tersebut akan sangat berpengaruh kepada mereka ketika Djarot menjelaskan program yang rasional, operasional dan terukur. Sebab menurut dia, masyarakat Jakarta sudah berada pada level rasional dan terdidik.

"Dukungan partai menjadi penting karena kita punya budaya paternalistik. Realitas politik di Indonesia biasanya ketua umum partai punya pengaruhnya yang signifikan dibanding yang bukan ketua umum. Kita lihat saja ketua partai mendukung ke siapa," tutupnya.

Perlu diketahui, Djarot dalam agenda blusukannya sering mendatangi acara pengajian, istighosah, ataupun sekadar silaturahmi dengan umat NU. Hari ini misalnya, Selasa (4/4), Djarot blusukan dengan ditemani Ketua DPW DKI Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hasbiyallah Ilyas di Pulogebang, Cakung Jakarta Timur.

Kendati PKB belum secara resmi mendeklarasikan dukungan kepada Ahok-Djarot, Di Pulogebang, Hasbiyallah mengajak warga masyarakat yang sebelumnya mendukung cagub dan cawagub nomor urut satu DKI Jakarta, yang gugur dalam Pilkada putaran pertama, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) - Sylviana Murni untuk mendukung pasangan nomor dua.

Dalam kesempatan tersebut, Hasbiyallah menyebutkan jika Djarot merupakan warga Nahdlatul Ulama (NU), sehingga pada kesempatan kedua, ia memutuskan untuk memilih dan mengajak warga untuk memilih Ahok-Djarot.

"Beliau ini tokoh kita Insya Allah saya sangat yakin dengan beliau ini asli orang NU. Sama beliau dengan kita," kata Hasbiyallah di Pulogadung, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (4/4).

Saat dimintai keterangan, Djarot menyebutkan tidak mengetahui apakah PKB akan mendeklarasikan dukungan kepada pihaknya atau tidak. Namun ia mengaku sudah beberapa kali ditemani pada saat berkampanye ataupun melakukan kegiatan lain.

Deklarasi dukungan, bagi Djarot, hanyalah sekadar formalitas. Sementara dukungan di level bawah atau dilapangan merupakan hal yang lebih penting.

"Yang penting bagaimana bisa kita turun karena suara ada di bawah," kata Djarot di lokasi yang sama.

Pendekatan yang sama terhadap warga NU juga dilakukan Djarot kemarin, Senin (3/4) di Kalideres, Jakarta Barat. Istighosah tersebut bertema "Islammu, Islamku, Islam Kita Rahmatan Lil 'Alamin" kendati acara tersebut dilakukan bersebrangan dengan mushola Front Pembela Islam (FPI).

Dalam istighosah tersebut, Djarot kembali mengklaim dirinya merupakan warga dari keturunan NU. "Saya dilahirkan sebagai orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang berkeinginan ada di Indonesia. Garis agama saya di jalan PBNU, di jalan Pancasila," kata Djarot di Kalideres, Jakarta Barat, Senin (3/4).

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Politik
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto