tirto.id - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengklaim bahwa harapan hidup warga Jakarta saat ini sudah semakin meningkat yakni mencapai 76 tahun.
"Lansia [lanjut usia], kita ingin harapan hidup panjang tinggi. Sekarang sudah tinggi 76 tahun. Oleh sebab itu ada program yang kita sebut Kartu Jakarta Lansia [KJL]," ucap Djarot dalam kunjungannya di Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat, Senin (3/4/2017).
Untuk KJL, ia menyebutkan jika data sudah terhimpun di dasawisma untuk mengetahui bantuan -bantuan yang dibutuhkan oleh lansia. Nantinya, bagi keluarga yang tidak mampu akan ditransfer sebesar Rp600 ribu untuk tiap bulan. Uang tersebut akan digunakan untuk membeli vitamin, telur, beras dan kebutuhan lainnya.
Djarot mencontohkan, banyak orang yang kaya punya mobil dan rumah mewah namun tidak bisa makan daging dan menikmatinya, tidak sehat. Jadi, ia mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan, karena sekaya apapun jika tidak sehat, maka tidak bisa menikmati hidup.
Masih terkait kesehatan, ia menyebutkan telah menyediakan mobil ambulance sehingga RT RW tidak perlu lagi membeli. Kalau warga membutuhkan, boleh langsung menghubungi puskesmas. Bahkan, Djarot berani menjamin bahwa ambulance akan datang dalam waktu 20 menit.
"Lebih baik ambulan dari kami. Sehingga kalau ada butuh ambulance, telepon langsung dateng. Sekarang ada layanan ketuk pintu layani dengan ganti dokter di sana perawat bidan yang datang," terangnya.
Kepada warga, ia meminta untuk mengajukan rumah yang perlu untuk dibedah. Kedepan, kata dia, akan dibentuk pasukan pelangi yang terdiri dari beberapa pasukan berwarna untuk saling membantu membenarkan rumah kumuh.
Salah satu warga RT 07, Sudarmanto dalam kesempatan itu mengungkapkan jika di daerahnya yang memiliki luas 56 hektar dengan 2670 jiwa memiliki banyak permasalahan. Ia mengatakan banyak rumah yang tidak layak huni, dan tidak adanya ambulance untuk kepentingan warga.
Lebih lanjut, ia mengadukan perihal tanah makam yang telah habis. "Dan juga yang terakhir yaitu tanah makam. Jadi tanah makam di sini sudah habis. Warga sini ga bisa memakamkam di pemakaman umum kecuali memiliki keluarga sehingga bisa ditimpuk," kata Sudarmanto di lokasi yang sama.
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto