Menuju konten utama

Djarot Janjikan Bank Sampah Tiap RW di DKI Jakarta

Djarot mengatakan produksi sampah di Jakarta sangat besar yakni sebanyak 65 ton perhari. Untuk itu, lanjut Djarot, penting dilakukan memenajemen sampah.

Djarot Janjikan Bank Sampah Tiap RW di DKI Jakarta
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 2, Djarot Saiful Hidayat berkunjung ke Bank Sampah Malaka Sari RW 3 Kecamatan Duren Sawit, Pulogadung, Jakarta Timur pada Kamis (6/4/2017). Tirto.ID/Chusnul Chotimah

tirto.id - Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat berjanji akan membangun minimal satu bank sampah pada tiap RW. Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke bank sampah di Malaka Sari RW 3 Kecamatan Duren Sawit, Pulogadung, Jakarta Timur pada Kamis (6/4/2017).

"Kalau bank sampah, kita selalu dorong setiap RW punya, dan sudah banyak bang sampah di tempat kita tapi kita masih belum puas sebelum memberikan pemahaman kepada setiap rumah tangga untuk langsung memisahkan sampahnya," ujar Djarot.

Lebih lanjut Djarot mengatakan, nantinya akan ada kantong sampah seperti di luar negeri. Pihaknya juga akan memberi jadwal, seperti pada hari Senin sampai Kamis, akan dikhususkan untuk sampah basah. Sementara hari Sabtu dan Minggu, kata Djarot untuk sampah kering. Kemudian sampah itu akan taruh bank sampah untuk diolah lagi.

Djarot berujar, produksi sampah di Jakarta sangat besar yakni sebanyak 65 ton perhari. Untuk itu, lanjut Djarot, penting dilakukan memenajemen sampah. Karenanya, Pemprov DKI tengah membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dalam Kota (TPST) di Sunter, hal tersebut guna mengurangi beban TPST yang ada di Bantargebang.

"Kemudian kami juga bikin pengolahan sampah di pasar induknya contoh di Kramatjati dan itu akan kita bangun pengolahan sampah untuk sampah organik. Sehingga produsen sampah dari pasar bisa kita kurangin, ini masalah sampah. Ini tadi sudah kita ajukan nasabahnya sudah hampir 500, 494 kurang banyak," tambah dia.

Bank sampah biasanya memiliki sistem point setor. Saat warga menyetor sampah, kata dia, akan diberikan point dan akan catat, kemudian uang tersebut akan bisa diambil setiap setahun atau menjelang lebaran.

Ia mengaku sistem bank sampah sudah terjadi di beberapa daerah di DKI Jakarta. Namun, selain sistem setor point, ada pula bank sampah yang menggunakan sistem konvensional dimana plastik botol ditimbang langsung dibayarkan uang.

Namun demikian, Djarot menjelaskan Pemprov hanya sekadar memfasilitasi dan menyiapkan teknologinya, sehingga tidak memberikan gaji bagi para pengurus bank sampah. "Loh (enggak) gaji, ini kan sukarela, pemerintah hanya memfasilitasi peralatannhya teknologi nya, sistemnya, kan begitu," jelas Djarot.

Sementara, Korlap bagian kompos Bank Sampah Malaka Sari, Sukanto (72) berharap pihaknya bisa mendapatkan gaji meskipun sedikit. "Jangan dipikir kita ada gaji. Ini sukarela. Kita kerja bakti ikut melaksanakan program pemerintah, kita berharap pemerintah ada meski sedikit, karena kita kan juga kerja. Kita beli rokok dari kita sendiri bukan dari bank sampah," ucap Sukanto di Malaka Sari, RW 03 Duren Sawit, Pulogadung, Jakarta Timur.

Sukanto mengatakan, bank sampah yang ia kelola pernah menjadi juara satu Nasional pada tahun 2017. Bank Sampah tersebut berdiri pada tahun 2010.

Kemenangan tersebut menurut dia, karena pihaknya membangun secara swadaya, berdasarkan sukarela masyarakat dan tidak ada bantuan dari pemerintah.

Sistem kelola sampah menggunakan sistem point, sehingga masyarakat hanya bisa mengambil satu kali dalam setahun. "Warga nabung ke bank sampah ada bunganya. Kalau sudah kumpul baru Ada bunga," kata dia.

Ia mengaku, warga yang rajin menabung sampah bisa mengambil uang hingga Rp2 juta per tahun.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Politik
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto