tirto.id - Walt Disney sepakat membeli sebagian besar bisnis 21st Century Fox senilai 52,4 miliar (£39 miliar) dalam sebuah kontrak. Kedua perusahaan mengatakan bahwa langkah ini diambil karena mereka harus bersaing dalam industri media yang berubah dengan cepat.
Pembelian tersebut mencakup studio film dan televisi Fox, serta 39% sahamnya di satelit Sky. Seperti diwartakan BBC, Fox akan membentuk perusahaan yang fokus pada berita dengan sisa asetnya.
Langkah tersebut dianggap pergeseran tajam bagi pemilik Fox berusia 83 tahun, Rupert Murdoch setelah lebih dari setengah abad mengekspansi media.
Murdoch telah mengubah satu surat kabar Australia yang dia warisi dari ayahnya pada usia 21 tahun menjadi salah satu kerajaan berita dan film terbesar di dunia.
Dia mengatakan, pemecahan saham itu masuk akal di tengah ancaman baru dari iklan online dan pesaing yang melakukan streaming hiburan ke rumah melalui internet.
Pemegang saham Fox, termasuk Murdoch, akan mendapatkan 25% saham di Disney yang lebih besar.
"Dengan pengumuman hari ini, kami meluncurkan perjalanan besar berikutnya," kata Rupert Murdoch pada Kamis (14/12/2017) dalam sebuah seruan untuk investor. "Apakah kita mundur? Sama sekali tidak."
Dengan ini, Disney akan meraup studio film dan televisi Fox, jaringan olahraga regional dan kepemilikan internasional, di antara investasi lainnya.
Pembelian saham ini juga akan menambahkan pada katalog belakang Disney berupa film-film terlaris seperti seri orisinal Star Wars, film superhero Marvel, Avatar, dan Deadpool, serta serial televisi sukses seperti Modern Family dan The Simpsons.
Ini makin memperluas penawaran untuk Disney dengan saluran kabel FX dan National Geographic, dan jaringan olahraga regional Fox di AS.
Pembelian tersebut juga memperluas jangkauan global Disney, menambahkan perusahaan media Star India dan kepentingan Fox di Sky plc. dan Tata Sky ke portofolionya.
Disney juga akan mendapatkan kontrol mayoritas atas layanan streaming video Hulu, yang juga sebagian dimiliki oleh Comcast dan Time Warner.
Tak hanya itu, Disney akan menanggung $13,7 miliar di utang Fox sebagai bagian dari kesepakatan saham, dengan total nilai transaksi menjadi lebih dari $66 miliar.
Disney sudah memiliki sederetan perusahaan berita, film dan hiburan. Meski begitu, lanskap media mulai berubah karena perusahaan teknologi seperti Amazon dan Netflix menarik pelanggan untuk menikmati hiburan dengan cara-cara baru.
Disney banyak berinvestasi dalam platform streaming online, sebagai cara untuk melawan penurunan bisnis televisi berbayar dan ancaman dari saingan baru ini.
Perusahaan yakin kesepakatan ini akan memberikan modal untuk bersaing, dan mengharapkan untuk meraup "setidaknya" $2 miliar dalam penghematan biaya dari perusahaan baru tersebut untuk melakukan booting.
David Yelland, mantan redaktur surat kabar Sun milik Murdoch di Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa transaksi tersebut menempatkan Disney pada posisi terdepan untuk bersaing dengan raksasa teknologi California.
"Dalam waktu sepuluh tahun akan ada dua raksasa Cina dan empat raksasa AS, tapi [perusahaan hiburan saat ini] satu-satunya yang akan bertahan adalah Disney," ungkap Yelland.
Sementara itu, Fox akan menciptakan perusahaan kecil yang fokus pada berita dan acara olahraga utama yang disiarkan langsung di AS.
Beberapa perusahaan itu akan mencakup Fox News Channel, Fox Business Network, Fox Broadcasting Company, Fox Sports, Fox Television Stations Group, dan jaringan kabel olahraga FS1, FS2, Fox Deportes dan Big Ten Network.
Lachlan Murdoch berkata: "Sementara bisnis gabungan adalah tentang skala, Fox baru adalah tentang kembali ke akar kita sebagai merek penantang yang tren dan agresif."
Ada spekulasi kesepakatan dengan Disney membuka kesempatan untuk menyatukan kembali Fox dengan bisnis berita yang terpecah pada 2013 menyusul skandal mengenai penyadapan telepon di Inggris.
Hal itu mendorong terciptanya sebuah grup penerbitan berita terpisah, News Corp, yang memiliki surat kabar Times dan Sun yang tetap dikendalikan oleh Murdochs.
Rupert Murdoch mengatakan perusahaan tersebut belum melihat kemungkinan dan pergerakan apapun sepanjang garis tersebut "jauh ke depan" di masa mendatang.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari