tirto.id - Pengembangan Blok Migas di Natuna hingga kini belum juga selesai. Padahal, potensi migas di Blok East Natuna tersebut sangat besar.
“Natuna itu kan, ada gas, ada minyak. Minyak itulah yang mau dikembangkan. Ada dua lapangan di situ,” ucap Plt. Direktur Jenderal Migas Djoko Siswanto kepada wartawan saat ditemui di Gedung BPK RI, Senin (6/1/2020).
Djoko mengatakan, hingga saat ini potensi migas dari Blok Natuna tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan alasan kandungan senyawa karbon monoksida atau CO2-nya mencapai 70 persen. Hal itu menyebabkan Blok Natuna cukup sulit jika akan dikembangkan menjadi lapangan gas. Karena itu, pemerintah akan memprioritaskan untuk pengembangan lapangan minyaknya.
“Gasnya kan susah karena CO2 tinggi makanya minyak. Kalau minyak pasti lakulah dijual. Kita kan, kurang (pasokan),” ucap Djoko.
Namun, pengembangan lapangan minyak juga ada kendala yakni belum adanya partner dari Pertamina, selaku pengelola Blok East Natuna.
“Ya paralel aja kan ada kewajiban untuk melakukan eksplorasi. Nah, ini yang dari gas dipindahin eksplorasi ke minyak jadi proses itu,” ucap Djoko.
Sementara itu. Menteri ESDM, Arifin Tasrif juga belum tahu siapa yang akan menjadi partner Pertamina. Ia memastikan kalau sosok perusahaan itu masih disiapkan dan juga menampik isu yang beredar kalau perusahaan itu adalah Petrochina.
“Belum ada (mitra). Itu yang sedang kita cari,” ucap Arifin kepada wartawan saat ditemui di Gedung BPK RI, Senin (6/1/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti