Menuju konten utama

Di Balik Momok Rambut Rontok, Ada Faktor Genetik & Gaya Hidup

Rambut rontok itu lumrah. Lazimnya, kita kehilangan 50-100 helai rambut per hari, sementara ada 100 ribu folikel atau kantong tempat tumbuh rambut.

Di Balik Momok Rambut Rontok, Ada Faktor Genetik & Gaya Hidup
Header Diajeng Kerontokan Rambut. tirto.id/Quita

tirto.id - Apa kamu pernah merasa sedih saat menyisir rambut karena ternyata ada banyak helaian yang rontok? Atau, sewaktu keramas, kamu jadi gelisah gara-gara mendapati saluran pembuangan air tersumbat oleh gumpalan rambut?

Rambut bervolume, mudah disisir, dan bersinar adalah ciri-ciri rambut yang sehat. Maka ketika kita mendapati rambut rontok, sangat mudah mengasumsikan ada problem kesehatan yang melatarbelakanginya.

Meski begitu, mengalami kerontokan rambut sebenarnya hal yang normal pada manusia di segala usia.

"Rambut rontok ringan itu normal karena rambut juga punya siklus umur. Kamu bisa mengamati rambut yang rontok saat mandi atau menyisir rambut," ujar Amy McMichael, MD, dermatolog bersertifikat dan juru bicara Reflections of Alopecia Areata.

Menurut data American Academy of Dermatologists, normalnya rambut rontok sekitar 50-100 helai per hari. Bagi kamu yang berambut panjang, jumlah tersebut mungkin kesannya jadi sangat banyak.

Faktanya, ada sekitar 100.000 folikel—kantong tempat pertumbuhan rambut—di kulit kepala setiap orang. Artinya, kehilangan 100 helai sehari tidak akan menunjukkan perbedaan berarti dalam penampilan.

Sehelai rambut manusia memiliki siklus hidup dengan empat fase.

Fase pertama, anagen (fase pertumbuhan), berlangsung selama 2-7 tahun. Selama durasi inilah, di kantong-kantong folikel, helai-helai rambut tumbuh secara aktif. Kedua, masa transisi atau catagen, hanya berlangsung beberapa minggu. Kala itu, pertumbuhan berhenti dan folikel rambut mengecil.

Fase ketiga disebut telogen (fase istirahat). Kira-kira selama 3-4 bulan, rambut kita berada dalam kondisi beristirahat. Akhirnya, tibalah fase keempat, eksogen (penumpahan). Di fase ini, rambut kita jadi rontok. Nah, ruang kosong dari rambut rontok itulah yang akan menjadi tempat bagi helai-helai rambut baru.

Kabar baiknya, tidak semua helai rambut di kepala kita berada pada fase siklus pertumbuhan yang sama. Itulah sebabnya kamu tidak mengalami kebotakan. Sesederhana karena rambut yang rontok memiliki fase berbeda dengan helai rambut yang tumbuh.

Header Diajeng Kerontokan Rambut

Header Diajeng Kerontokan Rambut. foto/istockphoto

Di balik itu semua, sudah pasti kita khawatir ketika rambut mengalami kerontokan terus-menerus. Pada beberapa kasus, mungkin kamu atau temanmu juga pernah mendapati rambut yang rontok tidak merata sehingga menimbulkan kesan kebotakan. Saat itulah mungkin diperlukan sesi konsultasi ke dokter untuk mencari tahu alasan sekaligus cara menanganinya.

Menurut dermatolog dari RS Abdi Waluyo Jakarta, Dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV, kerontokan rambut dapat terjadi pada usia berapa pun, namun lebih sering terlihat mulai dari usia 30-an dan seterusnya.

“Pada perempuan, pola kebotakan sering kali menjadi lebih nyata setelah menopause, sekitar usia 50-an. Namun, kondisi medis, gaya hidup, dan faktor genetik juga dapat menyebabkan kerontokan rambut pada usia yang lebih muda," jelas Dr. Arini.

Faktor genetik berkontribusi terhadap kerontokan rambut pada perempuan dan dapat diturunkan dari kedua pihak keluarga.

Selain itu, kerontokan rambut yang parah juga bisa dipicu oleh stres emosional (misalnya, kematian orang yang dicintai) atau ketegangan fisiologis (operasi besar, penurunan berat badan yang cepat, atau kasus COVID-19 yang kronis). Dalam hal ini, kejadiannya mungkin tidak akan berlangsung secara tiba-tiba.

“Ada jeda stres—ketika stres terjadi, kamu tidak melihat perubahan pada rambut rontok selama tiga hingga empat bulan karena siklus rambut alami,” ujar Dr. Doris Day, profesor klinis dermatologi di New York University, dikutip dari Time.

Dr. Arini menjelaskan, selain faktor genetik (androgenetic alopecia), kerontokan rambut pada perempuan dapat terjadi karena perubahan hormon selama kehamilan, menopause, masalah tiroid, serta kondisi medis tertentu seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).

Salah satu kondisi yang sering menyebabkan rambut rontok parah pada perempuan setelah melahirkan disebut telogen effluvium.

“Telogen effluvium adalah kondisi di mana rambut rontok secara difus atau menyebar, biasanya disebabkan oleh perubahan hormonal yang signifikan."

Dr. Arini melanjutkan, “Selama kehamilan, kadar hormon estrogen yang tinggi memperpanjang fase anagen (fase pertumbuhan) dari siklus rambut, yang menyebabkan rambut menjadi lebih tebal dan berkilau. Namun, setelah melahirkan, kadar estrogen menurun secara drastis, dan banyak folikel rambut memasuki fase telogen (fase istirahat) secara bersamaan."

Faktor lain yang dapat mempengaruhi termasuk penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antidepresan dan hipertensi.

Ditekankan oleh Dr. Arini, gaya hidup juga berperan penting untuk kesehatan rambut. Pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi yang penting untuk pertumbuhan rambut, seperti protein, zat besi, vitamin D, dan zink.

Kebiasaan merokok dapat mengurangi sirkulasi darah ke folikel rambut, sementara penggunaan produk kimia yang keras dan alat pemanas dapat merusak struktur rambut. Siklus pertumbuhan rambut bahkan juga dapat dipengaruhi oleh stres.

Terlebih dari itu semua, faktor genetik tetaplah penyebab utama kerontokan rambut yang sulit dihindari.

"Kombinasi antara faktor genetik dan gaya hidup dapat memperburuk kondisi kerontokan rambut. Misalnya, seseorang dengan predisposisi genetik untuk kebotakan mungkin mengalami kerontokan rambut yang lebih parah jika mereka memiliki gaya hidup tidak sehat," ungkap Dr. Arini.

Header Diajeng Kerontokan Rambut

Header Diajeng Kerontokan Rambut. foto/istockphoto

Dikutip dari Time, Dr. Elizabeth Bahar Houshmand menjelaskan, penataan rambut yang intens dapat menyebabkan helai rambut rontok sebelum rambut memasuki fase rontok secara alami.

“Sekitar 40 persen perempuan kehilangan rambut berlebih setiap hari karena cara mereka menata rambut, seperti membuat sanggul ketat, kucir kuda tinggi, dan ekstensi rambut,” ujar Houshmand.

Seiring waktu, perempuan sering kali kehilangan lebih banyak helai rambut dan pertumbuhan rambutnya melambat. "Ditambah lagi, tekstur dan kepadatan serat rambut berubah sehingga helai rambut baru lebih tipis dibandingkan saat kamu masih muda," jelas Dr. Day.

Menurut penelitian diBritish Journal of Dermatology (2012), diameter batang rambut meningkat pada perempuan hingga usia 45 tahun dan menurun setelahnya. Perubahan ini, ditambah dengan kepadatan rambut yang berkurang, dapat membuat penipisan rambut semakin terlihat seiring bertambahnya usia.

Kamu perlu lebih waspada saat menemukan bagian yang botak, area rambut tumbuh tidak merata, iritasi di kulit kepala. Apalagi jika rambut rontok tidak sebatas di kepala, melainkan alis, bulu mata, bahkan di wajah.

Selain itu, semisal kamu menyadari kucir kudamu lebih tipis dari sebelumnya, bisa jadi ini termasuk tanda kerontokan rambut tidak normal.

Ketika kamu merasa kerontokan yang kamu alami tidak seperti hari-hari biasanya, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Penyebab kerontokan rambut setiap orang berbeda sehingga diperlukan penanganan atau perawatan yang berbeda pula.

Header Diajeng Kerontokan Rambut

Header Diajeng Kerontokan Rambut. foto/istockphoto

Dalam beberapa kasus, pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahui penyebab kerontokan rambut. Jika penyebabnya adalah kondisi medis, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan pengobatan untuk memulihkan pertumbuhan.

Apabila penyebabnya kekurangan nutrisi, maka pasien dapat mengonsumsi suplemen tertentu sehingga dapat mengatasi situasi tersebut.

Lain lagi jika sumber masalahnya seperti dermatitis seboroik—penyebab ketombe, pengeroposan, atau peradangan pada folikel rambut—pengobatan dapat dilakukan dengan sampo yang mengandung zinc pyrithione atau ketoconazole.

"Konsultasi dengan dokter atau ahli dermatologi dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi. Perubahan pola makan untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup, manajemen stres, gaya hidup yang lebih sehat, dan menggunakan serum rambut dan obat oral sesuai rekomendasi dokter dapat mengatasi kerontokan rambut," saran Dr. Arini.

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Sekar Kinasih