Menuju konten utama

Desember Kelam untuk Nakes, Angka Kematian Tertinggi di Asia

Angka kematian nakes karena Corona mencapai 500 hingga Desember kemarin. IDI meminta pemerintah bertindak.

Desember Kelam untuk Nakes, Angka Kematian Tertinggi di Asia
Sejumlah petugas tenaga kesehatan bersiap untuk didekontaminasi usai bertugas di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Kamis (12/11/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

tirto.id - Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat angka kematian tenaga kesehatan karena COVID-19 paling banyak terjadi pada Desember. Sejumlah 'rekor' lain pun mengikuti.

"Sepanjang bulan Desember mencatat 52 tenaga medis dokter meninggal akibat COVID-19. Angka ini naik hingga 5 kali lipat dari awal pandemi," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Adib Khumaidi dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/12/2020).

Data ini dirangkum oleh Tim Mitigasi PB IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perastuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Total, dari Maret hingga akhir Desember, terdapat 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Corona. Mereka yang meninggal terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga lab medik. Para dokter yang wafat terdiri dari 131 dokter umum (4 guru besar), 101 dokter spesialis (9 guru besar).

Adib mengatakan jumlah tersebut membuat kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan 5 besar di dunia.

Tim Mitigasi mencatat setidaknya ada 11 provinsi dengan kematian tenaga medis dan kesehatan tertinggi, yakni Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Bali, Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur, dan DI Yogyakarta. Sementara tenaga medis dengan kematian tertinggi yakni dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dan dokter gigi.

Adib bilang kenaikan jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan ini merupakan dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi belakangan ini, dari mulai liburan, pilkada, dan berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah.

Tim Mitigasi PB IDI berharap pemerintah memprioritaskan penanganan COVID-19 dengan meningkatkan fasilitas kesehatan.

"Kami juga mengingatkan kepada pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan agar memperhatikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis dan kesehatan, serta juga memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja," tambahnya.

Di sisi lain, Adib mengingatkan bahwa vaksin yang tengah diupayakan bukanlah satu-satunya jawaban mengatasi pandemi. Vaksin ini akan diberikan secara gratis kepada masyarakat secara bertahap.

"Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi, di mana rasio positif COVID-19 pada angka 29,4 persen," ujarnya.

Situasi ini kata Adib akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Baca juga artikel terkait TENAGA MEDIS MENINGGAL AKIBAT COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino