tirto.id - Sekretaris Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyatakan partainya kesulitan mencari pasangan calon untuk diusung dalam Pilgub Jateng 2018. Kendati demikian, partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ini telah menetapkan pilihannya untuk mengusung petahana calon gubernur Ganjar Pranowo dan calon wakil gubernur Taj Yasin Maimun.
Untuk memutuskan pilihan itu, Hinca mengaku telah menjalin komunikasi intensif dengan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto karena Ganjar adalah kader PDIP.
"Saya sebagai Sekjen berkomunikasi dengan sangat intens tadi malam dengan Sekjen PDIP, saudara Hasto, saudara saya. Itu setengah 9 malam," ungkap Hinca di Wisma Proklamasi Jakarta pada Minggu (7/1/2018).
Hinca menyatakan dorongan munculnya kolaborasi Demokrat dengan PDIP hanya untuk melahirkan hubungan mesra yang baru. Selain di Pilgub Jateng, Demokrat juga berkoalisi dengan PDIP di Pilgub Kalbar dengan mengusung pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Karolin Margaret Natasa - Suryadman Gidot. Karolin adalah kader PDIP sekaligus anak Gubernur Kalbar Cornelis, sementara Gidot adalah ketua Partai Demokrat Kalimantan Barat.
"Kami bersepakat tadi malam untuk melanjutkan kemesraan itu. Bersamaan dengan itu, kami diskusi lagi dimana kita bisa bersama lagi. Dari itu kami putuskan kami bisa bersama-sama di Jateng karena itulah kami dukung saudara Ganjar dengan pasangannya untuk di Jateng," ujar Hinca.
Menurut Hinca, koalisi itu sekaligus membuktikan bahwa partai Demokrat bisa bekerjasama dengan partai politik manapun, termasuk PDIP.
Hal ini juga sempat diutarakan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia menyatakan bahwa Partai Demokrat akan memutus mitos yang selama ini berkembang.
"Kebijakan partai ada mitos kalau partai enggak mungkin berkoalisi dengan partai itu. Kami punya kebijakan, Demokrat siap berkoalisi dengan partai manapun. Masak gara-gara partai berbeda lantas tidak bisa bersatu?" paparnya.
Dalam memilih paslon yang akan diusung, SBY menyebutkan bahwa dirinya dan Mejelis Tinggi Partai Demokrat membantu kriteria seleksi paslon, di antaranya integritas dan kapasitas kecakapan, selain juga mempertimbangkan elektabilitasnya.
"Meskipun kader sendiri kalau elektabilitas rendah kami enggak memaksakan. Kadang-kadang ada kader yang elektabilitas baik tapi enggak cukup koalisinya. Kalau ada tuntutan hukum si calon A dan calon B kami lakukan klarifikasi," ungkap Presiden ke-6 RI ini.
SBY juga mengklaim bahwa dirinya juga tidak sembarangan dalam mengeluarkan nama-nama paslon. Tidak terkecuali dalam mengusung Ganjar dan Taj Yasin Maimun yang menurutnya sampai tiga kali melakukan Rapat Pleno, yakni pada Oktober, November, dan Desember.
"Ratas juga sangat sering. Ratas kami lakukan karena ini penting untuk kader Demokrat sendiri. Semua calon saya katakan potensial yang diusung Demokrat daerah, kami bahas. Membahasnya pun transparan dan akuntabel dan tidak pernah calon yang saya drop. Semua saya bahas, tapi perhatikan diskusi di majelis dan usulan di daerah," jelasnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto