Menuju konten utama

Demo Warga AS Tolak Trump Masuki Hari Keempat

Demo menolak Donald Trump menjadi presiden sudah memasuki hari keempat. Warga Amerika Serikat menolak Presiden terpilih Donald Trump karena mereka menganggap Trump akan mengancam hak sipil dan hak asasi manusia.

Demo Warga AS Tolak Trump Masuki Hari Keempat
Demonstran berdemo di depan Balai Kota setelah terpilihnya Donald Trump dari partai Republik sebagai Presiden Amerika Serikat di pusat kota Los Angeles, California, Kamis (10/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Patrick T. Fallon

tirto.id - Demo menolak Donald Trump menjadi presiden sudah memasuki hari keempat. Warga Amerika Serikat menolak Presiden terpilih Donald Trump karena mereka menganggap Trump akan mengancam hak sipil dan hak asasi manusia.

Dengan meneriakkan yel-yel "Bukan presiden saya" dan "love trumps hate" (cinta menggantikan kebencian, cinta diasosiasikan dengan Hillary Clinton sedangkan kebencian diasosiasikan dengan Donald Trump), ribuan demonstran turun lagi ke jalan di kota-kota besar di seluruh penjuru Amerika Serikat, Sabtu (12/11/2016) waktu setempat.

Unjuk rasa terbesar meletus di New York, Los Angeles dan Chicago, di mana panitia demonstrasi ingin membangun momentum setelah beberapa malam berunjuk rasa yang dipicu oleh kemenangan mengejutkan Trump pada Pemilu Selasa 8 November lalu.

Di New York, ribuan demonstran berpawai damai di Fifth Avenue dengan mengenakan hiasan-hiasan Natal sebelum memadati jalan di sekitar Trump Tower, rumah Donald Trump.

"Kami ngeri negeri ini telah memilih seorang rasis pembeci perempuan yang sama sekali tidak layak dengan membawa platform yang sungguh penuh kebencian," kata Mary Florin-McBride (62), pensiunan bankir dari New York yang membawa spanduk bertuliskan, "Tidak boleh ada Fasisme di Amerika," sebagaimana dilaporkan Antara.

Unjuk rasa digelar di Chicago dan Los Angeles di mana ribuan demonstran berkumpul di Taman MacArthur Park sembari mengangkat spanduk bertuliskan "Dump Trump" (Buang Trump) dan “Minoritas itu penting", sebelum bergerak ke pusat kota.

Sebelumnya, pada Jumat malam di AS, demonstran penolak Donald Trump juga berkumpul di beberapa kota besar AS, beberapa jam setelah presiden terpilih AS itu memuji "gairah" para demonstran.

Ribuan orang turun ke jalan di Miami, Atlanta, Philadelphia, New York, San Francisco, dan Portland, Oregon, menyuarakan kemarahan mereka terhadap Trump yang kerap menyampaikan retorika kampanye yang sangat keras menyangkut imigran, muslim, dan perempuan.

Di pusat kota Portland, demonstran memblokade lalu lintas dan melempari polisi. Sedangkan ratusan demonstran di Los Angeles memblokir jalan seraya meneriakkan yel-yel "Kami menolak presiden terpilih" dan "Jalan siapa ini? Jalan kita".

Kemudian di pusat kota Miami, ribuan aktivis berunjuk rasa dengan memblokir jalan tol sehingga memacetkan lalu lintas dari kedua arah.

Di New York, demonstran berkumpul di Washington Square Park dan sekitar Trump Tower di mana presiden terpilih dari Republik itu tinggal di Fifth Avenue.

Trump yang awalnya menuduh demonstran dihasut oleh media, berbalik memuji demonstran hari ini.

"Suka pada fakta bahwa kelompok kecil demonstran malam tadi punya gairah untuk bangsa besar kita. Kita semua akan bersatu padu dan bangga," cuit Trump dalam Twitter.

Cuitan-cuitan Trump belakangan ini sangat berbeda dengan selama kampanye yang penuh kontroversi dan hasutan. Namun kini dia lebih lembut. Setelah Hillary Clinton mengakui kalah dua hari lalu, cuitan dan bahasa Trump menjadi melembut dan memesankan pesan rekonsiliatif dengan menyatakan dia adalah presiden untuk semua rakyat Amerika.

Para demonstran di berbagai kota menerikkan yel-yel "Tak boleh benci! Tak boleh takut! Imigran diterima di sini!", sedangkan lainnya menerikkan "Makzulkan Trump".

Sebuah kelompok demonstran yang menyebut diri "#NotMyPresident" akan menggelar demonstrasi anti-Trump pada 20 Januari di Washington ketika pengusaha asal New York itu dilantik menggantikan Presiden Barack Obama, demikian Antara.

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP PRESIDEN AS atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Hukum
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh