Menuju konten utama

Demo Hentikan Kekerasan Rohingya di Kedubes Myanmar

Ribuan warga muslim etnis Rohingya yang disiksa, diperkosa dan diusir di Myanmar menyulut kelompok Solidaritas Muslim Rohingya menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Myanmar

Demo Hentikan Kekerasan Rohingya di Kedubes Myanmar
Sejumlah anggota Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi Solidaritas untuk Warga Muslim Rohingya di kedutaan besar Myanmar,Jakarta Pusat, Kamis, (24/11). Dalam aksinya mereka meminta pemerintah Indonesia, Asean, dan PBB menekan pemerintah Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap muslim Rohingya serta mengupayakan solusi damai. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah.

tirto.id - Ribuan warga muslim etnis Rohingya yang disiksa, diperkosa dan diusir di Myanmar menyulut kelompok Solidaritas Muslim Rohingya menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Myanmar pada Jumat (25/11/2016) pagi.

Sekitar 30 orang tiba di Kedubes Myanmar di Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat, pada pukul 10.15 WIB menggunakan satu bus berukuran sedang dan sebuah mobil pick up. Mereka menuntut pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan terhadap penduduk muslim Rohingya.

“Menuntut Kedutaan Besar Myanmar di Indonesia untuk mengambil sikap dan tegas atas kejahatan di Rohingya, Myanmar,” tegas Koordinator Lapangan aksi Julkifli Ali.

Dalam unjuk rasa yang berlangsung kondusif itu, para demonstran juga meminta agar pemerintah Indonesia turut berperan aktif dalam menyelesaikan masalah kemanusiaan di Myanmar sebagai sesama negara Asia Tenggara.

“Kami juga meminta pemerintah Indonesia berperan aktif menyelesaikan masalah ini,” ujarnya menambahkan.

Sementara itu, ribuan warga Rohingya berduyun-duyun kabur menyeberangi perbatasan untuk mengungsi ke Bangladesh, dari tempat asalnya Provinsi Rakhine, Myanmar barat laut.

Meski begitu, Bangladesh menerapkan pengamanan yang ketat guna mencegah dan mengusir balik pengungsi karena tidak ingin dibanjiri oleh mereka. Tetapi ribuan pengungsi sudah terlanjur menyeberang dan berkumpul di perbatasan.

Para warga muslim Rohingya mengungsi untuk menghindari kekerasan yang sudah berminggu-minggu berlangsung. Sebagaimana dilaporkan Antara, beberapa di antara mereka mengaku diperkosa, disiksa dan menyaksikan rumah mereka dibakar dan anggota keluarga mereka dicabut nyawanya.

“Jika militer menemukan anak laki-laki di atas 10 tahun, mereka membunuhnya. Para laki-laki dewasa dicomot oleh militer. Ketika militer datang, kami lari dari rumah kami, saya tidak tahu apakah suami saya masih hidup atau sudah mati,” tutur warga Rohingya, Lalu Begum.

Sedangkan, Begum menambahkan, militer memperlakukan gadis cantik seperti budak lalu memanfaatkan mereka untuk hasrat seksual.

“Ketika tentara-tentara itu melihat gadis-gadis cantik, mereka menyuruh mengambilkan air lalu mereka masuk rumah dan memperkosa gadis-gadis itu,” kata Begum.

Sekitar satu juta warga Rohingya hidup di Rakhine di mana mereka dianggap minoritas yang tidak punya negara. Pemerintah Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan Rohingya karena menganggap mereka imigran ilegal dari Bengal, Benggala. Padahal, etnis Rohingya sudah menetap selama bergenerasi di Myanmar.

Baca juga artikel terkait PENGUNGSI ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh