Menuju konten utama

Debat Pilgub Jatim 2018: Gelagat Damai Gus Ipul - Khofifah

Debat Pilgub Jatim 2018 kembali digelar. Mengapa debat kali ini disebut berjalan tenang dan datar?

Debat Pilgub Jatim 2018: Gelagat Damai Gus Ipul - Khofifah
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut dua Saifullah Yusuf bertanya kepada calon Gubernur nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa saat Debat Publik Kedua Pilgub Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/5/2018). ANTARA FOTO/Moch Asim

tirto.id - Debat putaran dua Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018 dibuka dengan pemaparan visi dan program kerja masing-masing pasangan calon (paslon). Landai dan tak saling sindir satu sama lain. Begitu kira-kira gambaran pemaparan yang disampaikan kedua paslon, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno, Selasa (9/5/2018) malam.

Saat menyampaikan visi dan program, Khofifah mengatakan Jatim adalah penyangga pangan nasional, terutama beras, jagung, dan garam.

"Kami ingin petani mendapat proteksi ketika panen. Stabilitas harga produk pertaniannya stabil bahkan ditingkatkan. Kami ingin infrastruktur tidak hanya di daerah ring 1, tapi daerah lingkar selatan dan kepulauan juga dapat prioritas," ujar Khofifah.

Sedangkan sebagai petahana yang kini menjabat wakil gubernur Jatim, Saifullah menyampaikan tiga prestasi yang berhasil dicapai dalam 10 tahun terakhir. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Jatim sekarang di atas rata-rata nasional. Sementara itu, angka pengangguran di Jatim berada di bawah rata-rata angka pengangguran nasional dan penduduk miskin di provinsi paling timur di pulau Jawa itu mencapai 11,2 persen.

"Namun demikian, bukan berarti kita tidak punya pekerjaan rumah. Melihat tantangan yang ada hari ini, ada beberapa agenda prioritas kami berdua untuk mengatasi berbagai persoalan di bidang ekonomi," ujar Saifullah.

Agenda prioritas yang dimaksud Saifullah antara lain pembelaan terhadap UMKM dan Koperasi, menumbuhkan pusat perekonomian baru, penciptaan daya dukung lingkungan, dan membangun infrastruktur berkeadilan.

Di Balik Peraga Visual

Pada debat putaran kedua yang berlangsung Kota Malang ini, persiapan kedua paslon tampak lebih matang dibanding debat putaran pertama. Salah satu kesiapan itu bisa dilihat dari munculnya peraga visual yang dibawa masing-masing paslon saat menjelaskan sejumlah data atau program yang bakal mereka canangkan.

Pada sesi pertama, Emil Dardak dan Saifullah menunjukkan peta rencana pengembangan wilayah Jatim versi mereka saat menjawab pertanyaan mengenai infrastruktur. Lalu di sebuah sesi, Puti membawa sebuah poster saat menjelaskan program unggulannya, "Tebarjala". Sementara itu, Khofifah repot-repot menenteng poster Saifullah untuk menunjukkan ketidaklogisan janji yang tercantum dalam poster tersebut.

Meskipun berukuran kecil dan tidak begitu terlihat jelas di layar televisi, setidaknya alat-alat peraga itu menyiratkan bahwa para paslon sungguh-sungguh menyiapkan argumen. Nyatanya, selain berguna untuk menjelaskan program sendiri, peraga visual juga bisa digunakan sebagai bukti kelemahan lawan.

Periksa Fakta Khofifah 3

Selain itu, sesi saling melontarkan pertanyaan antar-cagub atau cawagub juga membuat debat putaran kedua ini berbeda. Dalam debat putaran pertama, sesi saling saling tanya antar-cagub atau cawagub tidak dipatok waktu. Karena itu, tampak jelas tingkah para kandidat memotong pernyataan lawan dan ngotot terus berbicara padahal sudah ditegur moderator.

Sedangkan dalam putaran kedua, sesi saling melontarkan pertanyaan antar cagub atau cawagub dipatok waktu. Karena itu, tenang dan datarnya jawaban paslon menjadi salah satu hal yang membuat debat putaran kedua ini khas. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, para paslon mengaku sepemikiran dengan paslon lawan.

Pada sesi kedua Saifullah memuji konsep Emil mengenai konsep pemanfaatan biogas, sinar matahari, dan panas bumi sebagai sumber energi terbarukan di Jawa Timur.

"Apa yang disampaikan Mas Emil tadi sungguh sangat bagus untuk diteruskan dan dikembangkan di berbagai tempat. Yang bagus ya harus dikatakan bagus," Ujar Saifullah.

Lalu, giliran Khofifah mengaku sepemikiran dengan Saifullah pada sesi ketiga. Menurut Khofifah, kendala yang dihadapi investor di Jatim adalah soal perizinan. Sedangkan menurut Saifullah, investor di Jatim tidak hanya terkendala perizinan tapi juga upah minimum kota (UMK), lahan, dan pemanis (hal yang bisa dijanjikan investor agar investasinya lancar).

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jatim pada 2017 sebesar Rp45,04 triliun. Sedangkan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Jatim pada 2017 sebesar Rp21,22 triliun.

Periksa Fakta Saifullah 3

Pangkal permasalahan yang dilihat keduanya memang berbeda, tetapi solusi yang ditawarkan terdengar serupa: penguatan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota.

"Yang saya sampaikan tadi juga sama. Jangan ada di-mansukh (dipersulit) oleh perda kabupaten/kota. Investor harus diberikan karpet merah." ujar Khofifah.

Pernyataan sepemikiran tidak berhenti di situ. Gus Ipul kembali menunjukkan kesan itu saat menjawab pertanyaan Emil pada sesi debat terakhir sebelum closing statement.

Saat itu, Emil mengkritik janji Saifullah-Puti yang akan menjadikan 99,9 persen jalan provinsi dalam kondisi baik.

Mengutip data milik Pemprov Jatim, Emil mengklaim 690 kilometer jalan provinsi di Jatim dalam kondisi baik. Sedangkan 490 kilometer jalan provinsi lainnya dia katakan dalam kondisi sedang.

Saifullah berkilah. Menurutnya, ada 1000-an kilometer jalan provinsi di Jatim. Untuk menjaga kualitas jalan provinsi di Jatim, pemeliharaan perlu diprioritaskan. Salah satunya dengan menerapkan program perbaikan harian jalan raya yang berlubang.

"Sama sih pandangan kita. Saya mengerti dan memahami. Saya tahu kondisi jalan. Saya punya satgas, jangan sampai ada jalan berlubang. Itu sudah saya lakukan," ujar Saifullah.

Dalam hal ini, pernyataan di atas mengesankan Saifullah malas mengkritik data yang diberikan. Dengan menggebu-gebu, Emil melancarkan serangan, “Di sini, sebenarnya jalan provinsi sepanjang 840 kilometer belum sesuai standar.”

Apakah pernyataan Emil itu juga tepat? Data dinamis Provinsi Jatim triwulan II-2017 menyatakan pada 2016 ada 1.421 kilometer jalan provinsi di Jatim. Sepanjang 699,217 kilometer di antaranya berkategori baik. Sedangkan yang berkategori sedang ada 563,57 kilometer.

Di situ tak disebutkan bahwa 840 kilometer jalan provinsi di Jatim belum sesuai standar. Mungkin jalan "belum sesuai standar" yang dimaksud adalah panjang jalan provinsi di Jatim yang berkategori rusak dan rusak berat. Namun, dengan definisi itu, menurut data dinamis Provinsi Jatim triwulan II-2017, jalan provinsi "belum sesuai standar" di Jatim hanya sebesar 125,52 kilometer.

Gus Ipul seharusnya bisa "membalas" kritikan Emil dengan data tersebut. Namun, ia tak melakukannya dan memilih jawaban yang "demai". Tak seperti debat perdana yang banyak saling sindir dan kritik, pada debat kedua ini memang adem ayem tanpa kritikan dan saling serang antara kedua paslon. Bagaimana dengan debat pamungkas nanti?

Baca juga artikel terkait DEBAT PILGUB JATIM 2018 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Windu Jusuf