tirto.id - Deadline Design merupakan acara semacam bedah rumah yang diproduksi Foxtel, stasiun televisi kabel berbasis di Australia. Season 1 Deadline Design dengan 10 episode, yang rilis perdana pada Oktober 2016 lalu, saat ini sudah bisa ditonton di Mola TV.
Acara tersebut mengusung isu kesulitan sejumlah warga Australia saat akan menata ulang rumah mereka yang tak terlalu lega. Tapi, Deadline Design bukan program bedah rumah "kaleng-kaleng." Jelas tidak ada unsur "menjual" kemiskinan dan kesedihan pemilik rumah reot dalam acara ini.
Deadline Design memberikan referensi tentang cara pakar interior merancang ulang desain rumah supaya terlihat elegan, modern, memenuhi kebutuhan penghuninya, serta artistik. Di salah satu episodenya, Deadline Design bahkan menampilkan sebuah rumah didesain ulang menjadi seperti kamar suite hotel.
Konsep Program Deadline Design
Shaynna Blaze, desainer interior ternama dari Australia dengan pengalaman 20 tahun, menjadi host acara Deadline Design. Dia sekaligus pembuat konsep desain rumah yang dipertontonkan kepada pemirsa.
Di setiap episode, pemirsa akan bisa melihat cara Shaynna melayani klien-klien perusahaannya. Deadline Design memperlihatkan bagaimana apartemen sempit hingga rumah 4 kamar dirombak ulang, dengan dana di kisaran USD 80.000 sampai USD 500.000. Jadi, pemilik rumah yang tampil di acara Deadline Design bukan hanya orang-orang yang punya dana cekak untuk renovasi hunian.
Waktu renovasi pun tidak banyak. Si pemilik hunian biasanya menetapkan tenggat karena mereka akan memakai rumahnya untuk perayaan ulang tahun, reuni keluarga, atau menerima kunjungan tamu khusus dari luar negeri. Unsur "drama" tersebut sekaligus memberikan pengetahuan kepada pemirsa, berapa lama waktu paling efisien untuk merenovasi rumah.
Dengan dibantu oleh desainer interior Yasmine Ghoniem, dan "tukang bangunan" profesional Mike Griggs, Shaynna merombak sebuah rumah minimalis atau apartemen satu kamar dengan memakai gaya sesuai tren terkini. Adanya informasi tentang lama waktu dan besaran dana yang dibutuhkan membuat acara ini menyajikan referensi desain yang mungkin untuk diadopsi di kehidupan nyata.
Dalam sebuah wawancara yang dilansir laman Foxtel, Shaynna mengatakan banyak orang terjebak pada tampilan dan desain tertentu saat hendak merenovasi rumah. Namun, mereka tidak benar-benar memahami seluk-beluk rumah yang hendak direnovasinya dan apa yang diperlukan untuk mendesainnya.
"Acara ini tentang orang-orang yang sedang maupun masih berniat merenovasi rumahnya. Saya datang sebagai seorang desainer bersama tim yang benar-benar mencari tahu siapa mereka," kata Shaynna.
Menurut Shaynna, konsep desain rumah dalam Deadline Design disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan si pemilik rumah dan anggaran mereka, serta menggunakan gaya yang menjadi selera si penghuni meski tetap mengikuti tren terkini.
"Penting untuk mengetahui apa yang diinginkan orang dan juga siapa mereka untuk mendapatkan nuansa yang tepat yang bisa melengkapi gaya hidup mereka," terangnya.
Dalam setiap episode Deadline Design, Shaynna akan menemui orang-orang yang berlainan. Dia berdialog dengan mereka untuk mencari tahu kebutuhan dan kebiasaan hidup kliennya.
Setelah berkeliling melihat rumah yang akan dirombak, dan menampung banyak informasi dari si penghuni, barulah Shaynna merumuskan konsep desainnya.
Dia menambahkan, tenggat waktu renovasi dalam Deadline Design diterapkan karena ia meyakini hanya dengan cara itu pekerjaan bisa diselesaikan secara terukur. "Kita harus memiliki tenggat waktu karena tidak ada yang diselesaikan tanpa tenggat waktu," kata Shaynna.
Shaynna bukan hanya ahli desain interior dan pemeran di layar kaca. Perempuan Australia ini pun punya talenta di sejumlah bidang lain, termasuk mengajar dan menyanyi jazz. Ia pernah menjadi finalis dalam ajang Penghargaan Desain Interior Australia. Desainnya juga telah ditampilkan dalam sejumlah publikasi internasional, baik buku maupun majalah.
Deadline Design bukan acara pertama bagi Shaynna. Sebelumnya, ia menjadi salah satu bintang dalam acara dengan topik desain hunian yang bertajuk, Selling Houses Australia. Dia pun pernah memandu pemirsa mengenali arsitektur indah di berbagai belahan dunia, melalui acara World Of Design.
Dua desainer yang membantunya dalam Deadline Design pun bukan orang sembarangan. Yasmine Ghoniem adalah salah satu pendiri dan direktur studio desain interior ternama di Australia, Amber Road. Studio Amber Road tercatat pernah menerima belasan penghargaan penghargaan bergengsi, termasuk Belle Interior Design Awards Emerging Design Star category, IDEA Interiors Awards, dan World Interiors Awards.
Sementara Mike Griggs merupakan kontraktor bangunan dengan pengalaman profesional selama 20 tahun lebih, demikian dilansir lifestyle.com. Griggs mulai terjun ke industri konstruksi bangunan di AS pada 1990 dan sempat merenovasi sejumlah gedung lawas di New York. Sekembalinya ke Australia, ia bekerja untuk sejumlah perusahaaan, seperti Gold Key Constructions dan Craftmaster Interiors.
Desain Rumah Minimalis ala Shaynna Blaze
Rumah Jen dan Adam penuh sesak. Kehadiran 3 balita buah hati pasangan Australia ini menambah pening ketika mereka hendak menata ulang rumahnya. Salah satu bayi mereka harus menempati kamar bersama ayah dan ibunya.
Pasangan itu lalu berencana membuat kamar untuk anak bungsunya. Namun, mereka menghadapi tantangan berat karena harus membangun kamar tambahan yang bagus, dengan anggaran tidak terlalu banyak. Sementara, tak banyak ruang kosong tersisa. Maka, lantas Shaynna Blaze bersama timnya datang membantu mereka menata ulang huniannya.
Rumah Jen dan Adam terbagi menjadi 2 bagian. Yang pertama terdiri atas ruang bermain, ruang makan, dapur, dan tempat berkumpul keluarga. Bagian lainnya merupakan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, serta sebuah ruang belajar yang berubah fungsi menjadi gudang. Tidak ada ruang khusus tamu di rumah ini, kecuali tempat yang biasa dipakai untuk makan bersama.
Sulit mencari celah untuk membuat kamar baru di rumah garapan Shaynna Blaze bersama timnya yang tayang dalam Deadline Design Season 1, Episode 3 tersebut.
Meskipun begitu, masih terdapat sisa halaman dan teras rumah seluas 80 meter persegi. Celah ini menjadi sasaran perombakan. Dari semula hanya penambahan 1 kamar, si pemilik menginginkan desain rumahnya berubah agar menjadi lebih elegan dan nyaman untuk keluarga.
Saat berdiskusi dengan Shaynna, Jen dan Adam menginginkan huniannya dipermak dengan gaya skandinavia dan memasukkan sejumlah elemen kayu pada interior ruang. Masalah sempat muncul, karena dana milik Jen dan Adam tak mencukupi total biaya untuk membeli bahan bangunan serta beberapa perabot baru yang dibutuhkan.
Di bagian ini, diperlihatkan bagaimana Shaynna menyiasati problem seperti itu. Kebutuhan dana renovasi dan pembelian perabot yang semula terhitung di atas USD 100 ribu, lantas bisa ditekan menjadi hanya USD 87.000. Dari total angka itu, renovasi dapur menyedot dana terbesar, yakni USD 55.000. Rincian penggunaan anggaran dan cara menyiasatinya pun dipaparkan ke pemirsa.
Bagaimana Shaynna Blaze dan timnya merombak desain rumah-rumah seperti itu menjadi lebih elegan, artistik dan mengikuti tren interior modern terkini, saksikan di Mola TV.
Editor: Agung DH