tirto.id -
Data tersebut didapatkan dari jumlah kecelakaan pada sepuluh ruas tol yakni Jagorawi, Jangger, Japek, Purbaleunyi, Surgem, Belmera, Semarang, Palikanci, JLJ, dan tol dalam kota Soedjatmiko.
Dari sepuluh ruas tol yang didata selama tiga tahun tersebut, persentase kecelakaan akibat faktor pengemudi masing-masing 79 persen dari total 1.400 kecelakaan di 2016, 81 persen dari 1.246 kecelakaan di 2017 dan 85 persen dari 1.207 kecelakaan 2018.
Jika dilihat jumlahnya, masing-masing kecelakaan akibat faktor kelalaian itu sebanyak 1.103 pada 2016, 1.013 pada 2017, serta 1.029 pada 2018.
"Data yang kami peroleh dari jasa marga yang paling tinggi adalah aspek manusia. Seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan tol juga aspek manusia," kata Direktur Angkutan Jalan Kemenhub, Ahmad Yani, di kantornya, Jumat (8/3/2019).
Yani menambahkan, faktor pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan bukan hanya kelalaian, namun ada pula faktor ketidaktertiban hingga pengaruh alkohol.
"Kalau dari data 2014, secara pertama, lengah 23 persen, lelah 2 persen, ngantuk 18 persen. Kemudian tidak tertib mislanya harusnya tidak menyalip tapi menyalip, itu 45 persen. Pengaruh obat masih 0 persen. Alkohol 1 persen. Yang besar juga adalah melanggar batas kecepatan. Baik maksimal maupun maksimal itu 14 persen," tuturnya.
Selain faktor pengemudi, ada pula faktor kendaraan serta faktor cuaca atau lingkungan.
Faktor kendaraan yang menjadi penyebab kecelakaan masing-masing sebesar 284 atau 20 persen di tahun 2016, 210 atau 17 persen di 2017, serta 166 atau 14 persen di tahun 2018.
Sementara akibat faktor lingkungan masing-masing sebesar 13 kecelakaan atau 1 persen pada 2016, 210 kecelakaan atau 17 persen pada 2017 serta 12 kecelakaan atau 1 persen pada 2018.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari