tirto.id - Neraca perdagangan Indonesia dengan Cina mengalami defisit mencapai 4,753 miliar dolar AS pada kuartal I 2019. Angka defisit itu muncul karena ekspor RI ke Cina pada periode itu jauh lebih kecil daripada impor.
Pada kuartal I 2019, ekspor Indonesia ke Cina hanya mencapai 5,753 miliar dolar AS. Sementara impor Indonesia dari Cina justru tembus hingga 10,507 miliar dolar AS.
Defisit neraca dagang RI-Cina kali ini membengkak jika dibandingkan catatan pada Maret 2018. Pada kuartal I tahun lalu, neraca dagang RI-Cina tercatat sebesar 3,443 miliar dolar AS. Impor Indonesia pada waktu itu mencapai 10,223 miliar dolar AS sementara ekspornya mencapai 6,780 miliar dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menyampaikan neraca dagang Indonesia dengan negeri tirai bambu mengalami hantaman dua kali lipat pada tahun ini.
Pertama, karena volume dan nilai impornya lebih besar ketimbang ekspor. Kedua, akibat perlambatan ekonomi Cina yang dipicu oleh perang dagang dengan AS.
"Ekspor kita ke sana dan impor kita besar sekali, begitu dia ekonomi melambat kita langsung kena," kata Darmin di ICE SCBD, Tangerang pada Senin (15/8/4/2019).
Seperti diketahui, Cina telah memangkas target pertumbuhannya menjadi di kisaran 6,0 hingga 6,5 persen pada 2019. Bersamaan dengan itu, pemerintahan Xi Jinping juga memfokuskan kebijakan fiskalnya untuk menstimulasi perekonomian dalam negeri.
UOB Global Economics & Market memperkirakan bahwa pertumbuhan negeri tersebut pada tahun ini akan melemah menjadi 6,3 persen.
Ketika pertumbuhan dan aktivitas perekonomian di Cina melambat, kata Darmin, kontraksi ekspor di negara-negara Asia diproyeksikan juga bakal meningkat, termasuk Indonesia.
"Waktu dia perang dagang yang membuat ekonominya terpengaruh, kemudian dia mulai menurunkan produksi-produksi dari bidang-bidang yang mereka ada dispute. Nanti juga akan kena ke negara-negara lain tapi melalui perdagangan," ujar dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom