Menuju konten utama

Dampak Anak Suka Konsumsi Makanan Manis dan Cara Mencegahnya

Dampak anak suka makanan manis dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak makan?

Dampak Anak Suka Konsumsi Makanan Manis dan Cara Mencegahnya
Ilustrasi anak makan permen. foto/istockphoto

tirto.id - Kebanyakan orangtua sulit menemukan ada anaknya yang tidak menyukai makanan bergula, dan kemungkinan makanan olahan atau kemasan yang dimakan anak memiliki tambahan gula.

Kecanduan terhadap gula menambah konsekuensi kesehatan yang serius bagi keluarga, dan para ahli mengatakan itu harus dikendalikan.

Berdasarkan analisis terhadap anak usia 6 hingga 23 bulan, dalam penelitian Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional antara tahun 2011 dan 2014, terdapat fakta bahwa sebanyak 85 persen bayi berusia antara 6 hingga 23 bulan, serta bayi di bawah lima tahun (balita) mengonsumsi gula tambahan pada hari tertentu.

Dilansir dari Healthline, seiring bertambahnya usia balita atau usia antara 19 dan 23 bulan sebanyak 99 persen dalam penelitian tersebut, telah mengonsumsi rata-rata lebih dari tujuh sendok teh pada hari tertentu.

Dampak Anak Konsumsi Makanan Manis

Menurut APP News, konsumsi makanan dengan terlalu banyak gula tambahan berpotensi akan mengalami beberapa penyakit di antaranya:

  1. Obesitas.
  2. Kerusakan gigi.
  3. Penyakit jantung.
  4. Kolesterol tinggi.
  5. Tekanan darah tinggi.
  6. Diabetes tipe 2.
  7. Penyakit hati berlemak.

Oleh karenanya, keluarga disarankan untuk fokus pada makanan dan minuman yang tidak mengandung gula tambahan.

Cara agar Anak Menghindari Konsumsi Makanan Manis

Sebagaimana dilaporkan Very Well Family, ada cara agar anak memiliki kebiasaan konsumsi makanan bergizi, yaitu:

1. Tetapkan kebiasaan makanan bergizi sejak dini

Meski makanan manis dari waktu ke waktu tidak menyebabkan masalah besar dalam jangka waktu yang berdekatan, menetapkan makanan bergizi sejak dini tetap penting untuk diterapkan.

Orangtua mesti fokus pada makanan-makanan yang bergizi, sehingga anak memiliki kebiasaan lebih baik pada konsumsi makanan manis.

2. Pastikan nutrisi anak terpenuhi dengan baik

Cara ini berarti, orang tua dapat memastikan bahwa nutrisi anak dapat terpenuhi dengan cukup. Maka, anak-anak disarankan hanya mengonsumsi sebanyak 7 hingga 8 sendok teh atau 30 hingga 35 gr gula tambahan per hari.

Menurut CDC pada tahun 2005 hingga 2008, presentase kalori harian pada gula tambahan untuk anak laki-laki adalah sebesar 16 persen dengan jumlah 362 asupan kalori.

Sementara itu untuk anak perempuan, presentasenya sebesar 16 persen dengan jumlah 282 asupan kalori.

Walaupun anak dengan berat badan yang tinggi sulit untuk dideteksi malnutrisinya, namun begitu, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.

Hal ini disebabkan karena makanan bergizi akan menggantikan kelompok makanan penting seperti, buah-buahan, sayuran, produk susu, dan biji-bijian.

Tidak hanya itu, konsumsi makanan gula juga akan mengurangi vitamin dari tubuh selama proses pencernaan, seperti vitamin B yang terlibat dalam metabolisme glukosa atau bentuk karbohidrat sederhana.

3. Lindungi gigi anak

Menghindari makanan dengan gula tambahan, dapat melindungi gigi anak Anda dari kerusakan gigi.

Di samping itu, mengajari anak untuk secara teratur menyikat gigi juga dapat mengurangi potensi kerusakan gigi akibat konsumsi makanan dengan gula tambahan.

4. Seleksi makanan

Langkah ini dapat dilakukan apabila makanan yang akan dikonsumsi terlihat menyehatkan. Pada makanan tersebut, Anda perlu mengidentifikasi komposisi gula yang terkandung.

Makanan ini seperti, granola bar, yogurt beraroma, sereal "sehat", saus pasta, saus tomat, dan bahkan saus apel.

5. Terapkan makanan seimbang

Menerapkan makanan seimbang dapat dimulai saat orangtua tidak memberikan makanan sebagai bentuk hadiah ataupun hukuman.

Sehingga, orang tua ataupun pengasuh perlu memberikan pengertian pada anak terkait makanan yang memiliki gizi ataupun kandungan yang dapat membangun masa otot ataupun energi.

Baca juga artikel terkait TIPS ANAK atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dhita Koesno