tirto.id - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Provinsi DKI Jakarta akan tetap mengerahkan personelnya untuk bersiaga selama libur Idul Fitri 1438 H. Kepala Bidang Operasional Damkar, Rahmat, mengatakan ada sekitar 150 personel di setiap kota wilayah yang akan diturunkan pada 23-30 Juni 2017.
Mereka adalah petugas yang mendapat jatah piket libur lebaran dan masuk secara bergantian (sistem shift) seperti pada hari-haru biasanya. Namun, khusus libur saat libur lebaran, mereka ditugaskan untuk berpatroli di beberapa titik rawan kebakaran di Jakarta.
"Jadi, sekitar satu wilayah kota ya bervariasi sekitar 150 setiap hari. Mereka petugas yang piket ini nanti dijadwal untuk berpatroli mengawasi lingkungannya. Supaya kalau ada insiden bisa lebih cepat. Sebelum masyarakat lapor kita sudah tahu. Jadi kan untuk antisipasi semakin cepat tertangani semakin kecil kerugian," ungkapnya saat dihubungi Tirto, Kamis (22/6/2017).
Untuk waktu dan tempat patroli, ia mengatakan akan diatur dan dikoordinasikan di tingkat kota masing-masing. Sebab, petugas di lapangan lebih mengerti daerah mana saja yang rawan terjadi kebakaran ketika ditinggal mudik oleh sebagian besar warganya.
Mereka juga akan bekerja sama di kelurahan hingga tingkat RT/RW untuk memantau daerah-daerah rawan tersebut.
"Waktu patroli diserahkan ke masing-masing petugas piket. Nanti mereka mampir lah ke daerah RT/RW sambil memantau kawasan-kawasan pemukiman. Masing-masing kawasan punya tempat yang beda. Kalau di Jakarta Pusat misalnya di Pasar Baru. Tapi untuk setiap wilayah kan nanti diserahkan ke kota masing-masing," kata Rahmat menerangkan.
Rahmat mengatakan, tak ada insentif atau uang operasional khusus yang diberikan kepada personel yang piket saat Lebaran. Namun, di tahun ini, mereka mendapat jatah makan tiga kali sehari selama bertugas.
"Enggak ada. Cuma dapat makan aja tiga kali. Beda dengan hari biasa. Kalau uang insentif belum berhasil kita perjuangkan," ujarnya.
Menurut Rahmat, pada tahun 2017 ini tingkat kebakaran di daerah padat penduduk sudah cukup berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, di pemukiman yang tertata dan perumahan real estate, yang terjadi justru sebaliknya.
"Sekarang malah kawasan tertata yang relatif sering kebakaran. Walaupun skalanya enggak besar seperti di pemukiman padat. Jadi kawasan-kawasan seperti Tambora kan padat banget itu, sekarang sudah jarang. Sekarang enggak tinggi. Tapi di daerah tertata seperti perumahan-perumahan di Jakarta Barat itu malah sering terjadi di kawasan seperti real estate begitu," kata Rahmat.
Namun, dari seluruh jumlah kasus kebakaran, yang tertinggi justru berasal dari instalasi luar PLN seperti tiang listrik dan gardu listrik yang tak sampai ke pemukiman penduduk. Untuk tahun ini, kata Rahmat, sekitar 40 persen kebakaran justru didominasi kasus tersebut.
Hal itulah yang membuatnya belum dapat memprediksi wilayah mana yang paling tinggi potensi kebakarannya jelang Lebaran.
"Jadi kita enggak bisa prediksi, tapi yang tinggi itu, sekitar 40 persen kebakaran yang terjadi tahun itu di instalasi luar PLN. yang belum sampai ke rumah. seperti di tiang-tiang listrik gardu dan sebagainya. Kalau itu kan enggak kenal wilayah," ungkapnya.
Sebelumnya Kepala Dinas Damkar Subejo juga telah menginstruksikan personel Damkar untuk mengimbau warga melakukan pencegahan kebakaran saat libur Lebaran. Imbauan itu disampaikan secara lisan dan tertulis melalui pamflet kepada warga sebelum meninggalkan rumah untuk mudik.
Imbauan tersebut antara lain mencabut semua steker dari colokan listrik, memeriksa kembali kompor gas dan mencabut regulatornya, serta melaporkan perjalanan mudik kepada RT setempat.
"Kita beri imbauan. Selebarannya sudah kita sebarkan ke masyarakat. Terutama daerah rawan yang nanti ditinggal pulang kampung," ujarnya kepada Tirto beberapa waktu lalu.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari