Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Dalih Satgas Saat Gagal Capai Target 10 Ribu Spesimen per Hari

Doni Monardo mengatakan, permasalahan kini bukan pada jumlah reagen, tetapi pada jumlah sumber daya manusia.

Dalih Satgas Saat Gagal Capai Target 10 Ribu Spesimen per Hari
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo (kanan) didampingi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kiri) memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz

tirto.id - Ketua Gugus Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo mengatakan, tim Gugus Tugas berusaha memenuhi keinginan Presiden Jokowi yang menargetkan 10 ribu pengambilan spesimen per hari. Namun Doni mengaku sampai saat ini belum di angka 10 ribu per hari.

"Bapak presiden memang sejak 2 minggu yang lalu meminta supaya setiap hari kami mampu untuk melakukan 10 ribu pengambilan spesimen, tetapi kenyataannya data riil sampai dengan saat sekarang ini baru berkisar antara 6 ribu sampai dengan 7 ribu spesimen saja," kata Doni usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi via teleconference, Senin (4/5/2020).

Doni mengatakan, gugus tugas telah menghadirkan 420 ribu reagen PCR. Kemudian, sekitar 500 Vial Transport Medium (VTM atau media penyimpanan spesimen) beserta RNA. Oleh karena itu, pemerintah optimistis bisa menggelar tes masif di 59 lab yang ada.

Akan tetapi, Doni mengatakan, permasalahan kini bukan pada jumlah reagen, tetapi pada jumlah sumber daya manusia. Sebab, pemerintah memprediksi kalau angka tes 10 ribu per hari diperoleh berdasarkan kalkulasi tenaga medis laboratorium bekerja 24 jam.

"Jadi mereka sehari diharapkan bisa bekerja 24 jam, ternyata hanya mampu 8 jam saja," kata Doni.

Pria yang juga Kepala BNPB itu yakin penambahan SDM bisa membuat laboratorium bekerja memenuhi target presiden. Ia mengaku, tim bisa melebihi target jika ada penambahan SDM.

"Jadi kalau ini nanti kita tingkatkan kemampuan SDM laboratorium, kemudian juga dibantu oleh Ikatan Dokter Indonesia yang ada di seluruh daerah, maka kita harapkan paling tidak bisa 16 jam," kata Doni.

"Jadi kalau sudah bisa 16 jam dari yang sekarang 8 jam berarti sudah di atas 12 ribu karena reagen tersedia, kemudian komponen-komponen untuk mendukung tes swab juga semuanya sudah tersedia," tutur Doni.

Di sisi lain, pemerintah kini menunggu produksi alat rapid test buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pihak BPPT mengatakan, mereka sudah memiliki 8 dari 10 komponen yang diperlukan untuk produksi mandiri rapid test. Apabila sudah lengkap, setidaknya 50 ribu alat rapid test siap diproduksi Indonesia.

"Kalau 2 komponen ini tiba pada minggu-minggu ini, maka minggu depan BPPT bisa memproduksi rapid test antibodi sebanyak 50 ribu per bulan," kata Doni.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz