tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama September 2020 terjadi deflasi 0,05 persen month to month (mtom). Deflasi ini merupakan yang ketiga kalinya setelah 2 bulan berturut-turut terjadi deflasi Juli-Agustus 2020. Deflasi September ini disebabkan oleh penurunan harga kelompok pengeluaran makanan-minuman dan transportasi.
“Penyebab utamanya karena adanya penurunan harga daging ayam ras, telur ayam ras, tarif angkutan udara dan harga bawang merah,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/10/2020).
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi 0,37 persen selama September 2020. Andil deflasinya paling besar di antara 11 kelompok pengeluaran dengan angka 0,09 persen.
Deflasi kelompok ini disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras dengan andil masing-masing 0,04 persen. Lalu ada bawang merah dengan andil deflasi 0,02 persen. Deflasi juga dialami beberapa jenis sayuran seperti tomat, cabe rawit, dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.
Meski demikian, Suhariyanto mencatat masih ada 2 komoditas yang mengalami inflasi. Komoditas itu yakni minyak goreng dengan andil inflasi 0,02 persen dan bawang putih dengan andil 0,01 persen lantaran harganya mulai merangkak naik.
“Karena lebih banyak komoditas mengalami penurunan harga, kelompok makanan-minuman-tembakau mengalami deflasi,” ucap Suhariyanto.
Kelompok pengeluaran transportasi mengalami deflasi 0,33 persen dengan andil deflasi 0,04 persen. Komoditas yang dominan memberi andil deflasi adalah penurunan tarif angkutan udara dengan andil 0,04 persen. Sekitar 40 dari 96 kota IHK yang dipantau BPS tercatat mengalami penurunan harga.
Selebihnya, Suhariyanto mencatat kelompok pengeluaran lain tidak memiliki andil cukup besar untuk menyumbang inflasi maupun deflasi lantaran nilainya di kisaran 0 persen. Namun, dua kelompok pengeluaran tercatat tetap menyumbang inflasi.
Kelompok pengeluaran pendidikan, misalnya, mengalami inflasi 0,62 persen dengan andil 0,03 persen. Penyebabnya, kenaikan uang kuliah mahasiswa.
“Komoditas yang memberi andil inflasi adalah kenaikan uang kuliah untuk akademi dan perguruan tinggi. Andil inflasi 0,03 persen. Kita lihat kenaikan uang kuliah terjadi di 19 kota IHK,” ucap Suhariyanto.
Sisanya, inflasi dialami oleh kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,25 persen dan andil 0,02 persen. Komoditas penyumbangnya adalah kenaikan harga emas dan perhiasan dengan andil inflasi 0,01 persen.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri