Menuju konten utama
Pelaksanaan Haji 2024

Daftar Penyakit yang Banyak Diderita Jemaah Haji & Antisipasinya

KKHI telah menyiapkan 62 ton obat-obatan yang semuanya didatangkan dari Indonesia.

Daftar Penyakit yang Banyak Diderita Jemaah Haji & Antisipasinya
Kedatangan jemaah haji Indonesia 1445 H di Makkah. (FOTO/Kemenag RI)

tirto.id - Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mengungkap berbagai jenis masalah kesehatan yang kerap sekali diderita oleh para jemaah haji asal Indonesia ketika berada di Tanah Suci. Hal ini disampaikan Kepala Seksi Kesehatan KKHI Madinah, Muhammad Firdaus.

Menurut dia, beberapa penyakit yang banyak diderita oleh jemaah haji berdasar pengalaman tahun lalu mulai dari hipertensi, gangguan dislipidemia (gangguan lemak dan kolesterol), kemudian diabetes mellitus. Oleh sebab itu, ketersediaan obat-obatan berdasar pertimbangan itu sangat dibutuhkan.

Sampai saat ini, kata Firdaus, KKHI telah menyiapkan 62 ton obat-obatan yang semuanya didatangkan dari Indonesia. Pengadaan obat sudah memperhitungkan pola penyakit dan jumlah kebutuhan yang diperlukan.

Obat-obatan sebanyak 62 ton itu berasal dari stok pada 2023 dan penambahan kebutuhan obat di 2024. Jika nanti masih ada sisa, maka akan dilakukan stok opname lagi untuk kebutuhan 2025.

“Ada kebutuhan obat yang sifatnya vital, ada esensial, dan non-esensial. Kalau vital itu ada penambahan sekitar 20 persen, vital misalnya jantung tambah 20 persen, esensial 20 persen, dan vitamin cukup 5 persen,” kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/5/2024)

KKHI Madinah memiliki 26 dokter, termasuk dokter spesialis, dan 36 perawat. Di KKHI Madinah, terdapat fasilitas ruang Unit Gawat Darurat (UGD) yang memiliki 10 tempat tidur, ruang High Care Unit (HCU) dengan kapasitas delapan tempat tidur, lalu ruang rawat inap laki-laki dan perempuan yang masing-masing berkapasitas delapan belas tempat tidur.

Selain itu, KKHI juga menyediakan ruang khusus psikiatri yang memiliki delapan tempat tidur.

“Ruang khusus psikiatri ini selalu terisi. Kasusnya macam-macam, ada gangguan jiwa. Screening untuk psikiatri dimulai di tanah air, tapi di Arab Saudi gejala-gejalanya muncul,” kata Firdaus.

Menurut dia, sebenarnya sebelum melunasi biaya perjalanan ibadah haji, jemaah telah menjalani pemeriksaan. Tetapi, berbagai hal, mulai dari tekanan, cuaca yang panas, dan kondisi yang tidak nyaman, kadang membuat gangguan kejiwaan muncul.

Kepala KKHI Madinah, Dr Karmijono, mengatakan, tahun lalu, jemaah haji yang dirawat di HCU umumnya karena stroke, shock hipokolemik, dan shock kardiogenik. KKHI menerapkan aturan, jemaah dirawat maksimal 3x24 jam. Jika tidak ada perubahan, dirujuk ke rumah sakit di Arab Saudi.

“Tapi, itu pun tidak saklek. Kalau 1x24 jam kok tidak ada perbaikan dengan pengobatan yang diberikan juga harus dirujuk. Keselamatan pasien harus diutamakan,” ujar Karmijono.

Dia menambahkan, KKHI tidak bisa mengerahkan semua kemampuan karena keterbatasan alat. “Sehingga, kita pakai 1x24 jam. Kalau tidak ada forecast ke arah yang bagus, ya sudah kita rujuk ke RS Arab Saudi,” ujar dia.

Dia menambahkan, selama ini pemerintah memiliki hubungan baik dengan rumah sakit di Arab Saudi. Pihak Arab Saudi juga membalas dengan kunjungan untuk mengetahui apa yang harus disiapkan.

“Hubungan Menkes [Indonesia] dengan Menteri Haji Arab Saudi juga bagus banget. Jadi kalau kita tidak menindaklanjuti, sayang. Sehingga harapannya dengan saling mengenal tersebut, semua kasus-kasus itu akan lebih lancar. Paling tidak, kalau butuh pertolongan, diprioritaskan,” kata dia.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz