tirto.id - Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi sejak dalam kandungan hingga masa awal anak lahir.
Kondisi gagal tumbuh ini biasanya akan terlihat ketika anak menginjak usia 2 tahun. Stunting akan menyebabkan anak menjadi terlalu pendek atau tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya.
Kondisi stunting bisa diketahui lewat pengukuran panjang atau tinggi badan si balita yang kemudian diplot dengan umurnya ke dalam kurva pertumbuhan.
Menurut Kementerian Kesehatan, balita dikatakan stunting apabila nilai z-score kurang dari -2SD/ standar deviasi (pendek/ stunted) dan kurang dari -3SD/ standar deviasi (sangat pendek/ severely stunted).
Stunting adalah masalah yang sangat serius karena hal ini bisa berdampak pada kecerdasan dan kesehatan anak secara keseluruhan.
Balita yang mengalami stunting lebih rentan terhadap penyakit, tingkat kecerdasannya tidak maksimal, dan akan mengalami penurunan tingkat produktivitas di masa depan.
Penyebab Stunting pada Balita
Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi, namun kondisi gagal tumbuh ini juga bisa disebabkan oleh faktor lain. Berikut penyebab stunting seperti dikutip dari Buku Ringkasan Stunting:
- Minimnya layanan kesehatan ibu hamil
Pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin, tepatnya saat masa kehamilan sampai setelah ibu melahirkan.
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan kesehatan dan asupan gizi yang dikonsumsi.
Bahkan setelah melahirkan, bayi atau balita dianjurkan untuk hadir di Posyandu atau fasilitas kesehatan untuk memantau tumbuh kembangnya sekaligus mendapatkan imunisasi.
Apabila layanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita sangat terbatas, maka hal ini bisa menyebabkan meningkatnya angka stunting di masyarakat.
- Pola pengasuhan bayi yang kurang baik
Pola pengasuhan yang kurang baik biasanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan si ibu. Pola pengasuhan yang dimaksud berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan serta pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk bayi berusia di atas 6 bulan.
- Akses keluarga ke makanan bergizi masih kurang
Makanan bergizi adalah penentu kesehatan keluarga, namun ironisnya makanan bergizi seperti buah dan sayur masih tergolong mahal di Indonesia.
Hal ini menyebabkan masyarakat enggan membeli dan mengonsumsi makanan bergizi sehingga berdampak pula pada kesehatan balita.
- Fasilitas air bersih dan sanitasi yang kurang memadai
Kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik. Terbatasnya akses air bersih akan berpengaruh pada kondisi kesehatan keluarga yang bisa berujung stunting pada anak.
Daftar Makanan Bergizi untuk Mencegah Stunting
Mengutip dari laman Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan, Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof. Dr. Hardiansyah mengungkapkan bahwa pencegahan stunting bisa diatur lewat pola makan.
Mengonsumsi 3 jenis lauk setiap hari akan memenuhi kebutuhan asam amino esensial dalam tubuh. Lebih lengkapnya, berikut daftar makanan bergizi yang dianjurkan untuk ibu hamil serta bayi/ balita:
A. Makanan bergizi untuk ibu hamil
1. Makan pagi:
- 1 porsi makanan pokok
- ½ porsi lauk hewani
- ½ porsi lauk nabati
- 1 porsi sayur
- 1 porsi buah
- 1 porsi gula
- 1 porsi lemak
- 2 porsi air putih
2. Makanan selingan pagi:
- ½ porsi makanan pokok
- 1 porsi buah
- 1 porsi air putih
3. Makan siang
- 1 porsi makanan pokok
- ½ porsi lauk hewani
- ½ porsi lauk nabati
- 2 porsi sayur
- 1 porsi buah
- 2 porsi lemak
- 2 porsi air putih
4. Makanan selingan siang
- ½ porsi makanan pokok
- 1 porsi gula
- 1 porsi air putih
5. Makan malam
- 1 porsi makanan pokok
- ½ porsi lauk nabati
- 1 porsi sayur
- 1 porsi buah
- 1 porsi lemak
- 1 porsi susu
- 2 porsi air putih
Keterangan:
- Makanan pokok
Contoh makanan pokok adalah nasi. 1 porsi makanan pokok berarti nasi sebanyak 1 piring atau 100 gram. Nasi bisa diganti dengan ubi jalar kuning seberat 135 gram.
- Lauk hewani
1 porsi lauk hewani contohnya ikan pepes sebanyak 1 potong ukuran sedang (45 gram). Jenisnya bisa diganti dengan daging ayam 40 gram.
- Lauk nabati
1 porsi lauk nabati contohnya sepotong tempe goreng ukuran sedang (50 gram) atau 2 potong tahu (100 gram).
- Sayur
1 porsi sayur misalnya sayur bayam sebanyak 1 mangkuk kecil (100 gram). Sayuran bisa diganti dengan jenis lain seperti kacang panjang dengan berat yang sama.
- Buah
1 porsi buah contohnya 1 buah pisang ukuran sedang (50 gram) atau 1 buah jeruk manis (100 gram).
- Minuman
1 porsi minuman bisa berupa susu atau air putih sebanyak 250ml.
B. Makanan bergizi untuk bayi
1. Jenis makanan
- Bayi usia 0-24 bulan harus diberi ASI.
- Bayi usia 6-9 bulan diberi MPASI berupa makanan yang dilumatkan.
- Bayi usia 9-12 bulan diberi MPASI berupa makanan lembek.
- Bayi usia 12-24 bulan dapat diberi makanan keluarga.
2. Frekuensi dan porsi makan:
- Bayi usia 6-9 bulan:
Makan sebanyak 2-3 kali makanan lumat, ditambah dengan 1-2 kali makanan selingan, serta diberi ASI.
Untuk jumlahnya, setiap kali makan terdiri dari 2-3 sendok makan penuh. Jumlah ini kemudian ditingkatkan perlahan sampai setengah cangkir ukuran 250ml setiap kali makan.
- Bayi usia 9-12 bulan:
Makan sebanyak 3-4 kali makanan lembek, ditambah ½ kali makanan selingan, dan ditambah ASI. Jumlah atau porsi makanannya adalah setengah mangkuk ukuran 250ml.
- Bayi usia 12-24 bulan
Makan sebanyak 3-4 kali makanan keluarga, ditambah 1-2 kali makanan selingan, serta ASI. Porsi makanannya adalah ¾ mangkuk ukuran 250ml.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yandri Daniel Damaledo