tirto.id - Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN) mengumumkan hasil Evaluasi dan Klasterisasi Perguruan Tinggi Berbasis Kinerja Penelitian terbaru.
Hasil evaluasi tersebut juga berupa pemeringkatan kampus di Indonesia berdasarkan kualitas kinerja penelitian masing-masing perguruan tinggi.
Hasil Evaluasi dan Klasterisasi Perguruan Tinggi Berbasis Kinerja Penelitian biasa dikeluarkan dalam periode tiga tahunan. Sebelum 2019, laporan terakhir dirilis pemerintah pada 2016 lalu.
Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pada hasil evaluasi periode 2019, Universitas Andalas (Unand) mengalami kenaikan peringkat yang signifikan.
“Universitas Andalas loncat tinggi sekali [peringkatnya]. Ini surprise,” kata Bambang saat merilis hasil evaluasi tersebut di Jakarta pada Selasa (19/11/2019), seperti dilansir Antara.
Bambang menyatakan demikian karena pada laporan evaluasi periode 2016 lalu, Unand tercatat berada di posisi ke 12. Sementara dalam hasil evaluasi periode 2019, posisi Unand melesat ke rangking empat.
Peringkat Unand juga melampaui rangking Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam hasil penilaian kinerja penelitian tiga tahunan tersebut.
Dua kampus terakhir justru mengalami penurunan peringkat. Pada 2016 lalu, ITB menduduki posisi ketiga, tapi kali ini turun ke rangking lima. Sedangkan peringkat UI anjlok dari posisi kedua pada 2016, menjadi ke-12 pada 2019.
Adapun daftar 10 besar kampus dengan kinerja penelitian terbaik menurun hasil evaluasi Kemenristek/BRIN ialah sebagai berikut:
1. Universitas Gadjah Mada (UGM)
2. Institut Pertanian Bogor (IPB)
3. Universitas Diponegoro (Undip)
4. Universitas Andalas (Unand)
5. Institut Teknologi Bandung (ITB)
6. Universitas Airlangga (Unair)
7. Universitas Padjadjaran (Unpad)
8. Universitas Hasanuddin (Unhas)
9. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
10. Universitas Udayana.
Selain itu, Kemenristek/BRIN juga merilis data 21 perguruan tinggi yang dinilai berhasil meningkatkan klaster penelitiannya sehingga masuk pada klaster mandiri pada periode penilaian tahun 2016-2018.
Kampus-kampus tersebut adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Haluoleo, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Sriwijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Sumatera Utara, serta Universitas Negeri Jakarta.
Perguruan tinggi lainnya ialah Universitas Syiah Kuala, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Padang, Universitas Telkom, Universitas Bina Nusantara, Universitas Tanjungpura, Universitas Kristen Petra, Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Pancasila.
Selain itu, Universitas Gunadarma, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Katolik lndonesia Atma Jaya, Universitas Tarumanagara, dan Universitas Negeri Medan.
Menurut Bambang, hasil penilaian periode 2016-2018 itu menunjukkan catatan yang menggembirakan. Sebab, perguruan tinggi yang masuk ke dalam klaster mandiri tidak lagi didominasi kampus asal Pulau Jawa. Jumlah kampus asal luar Jawa yang masuk klaster mandiri juga meningkat.
“Artinya pemerataan PTN atau PTS dan perguruan tinggi di Jawa dan luar Jawa semakin baik dan harus semakin diperbaiki. Karena talent dan obyek penelitian itu menyebar di seluruh Indonesia dan universitas harus bisa juga mengangkat talent-talent itu,” Bambang menjelaskan.
Bambang mengakui pemeringkatan yang dirilis oleh kementeriannya bisa jadi belum sempurna. Akan tetapi, kata dia, setidaknya pemeringkatan ini mendorong kampus-kampus di Indonesia berani membandingkan posisi mereka masing-masing.
“Jangan hanya pikirkan yang terbaik di universitasnya sendiri, lihat juga perguruan tinggi lain. Pemeringkatan itu konsekuensi logis untuk penelitian secara umum," tambah Bambang.
Kata dia, selain menjadi pemeringkatan kinerja riset kampus-kampus Indonesia secara keseluruhan, evaluasi 3 tahunan tersebut juga dapat mempermudah pemerintah dalam memberikan penugasan penelitian nasional, baik untuk lima tahunan maupun tahunan.
Sedangkan Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan Kemristek/BRIN Muhammad Dimyati menjelaskan sejumlah komponen yang menentukan dalam penilaian adalah sumber daya peneliti, manajemen riset, output, dan revenue generating yang dikelola dengan baik.
Sesuai dengan hasil analisis Kemristek/BRIN terhadap data yang telah diverifikasi, ada 47 perguruan tinggi yang termasuk dalam kelompok mandiri, 146 kelompok utama, 479 kelompok madya, dan 1.308 lainnya di kelompok binaan.
Editor: Agung DH