tirto.id - Sikap politik Yusuf Mansur menjadi perbincangan usai Wakil Ketua Pemenangan Pemilu Golkar TGB Muhammad Zainul Majdi mengunggah tangkapan layar percakapan pribadinya di akun instagram @tuangurubajang. Dalam tangkapan layar itu terlihat percakapan Yusuf Mansur dengan TGB tentang calon presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)
Dalam percakapan tersebut Yusuf memuji keislaman Jokowi mulai dari salat hingga puasa. Yusuf mengatakan sudah lama ingin mengutarakan pandangannya tentang Jokowi tapi dilarang oleh Jokowi. "Tapi dilarang beliau. Demi Allah."
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menganggap percakapan itu sebagai dukungan dari Yusuf Mansur. Dukungan Yusuf dinilai sangat berarti dalam Pilpres 2019 karena bisa menepis isu anti ulama dan anti Islam yang ditujukan kepada Jokowi.
Direktur Komunikasi politik TKN Usman Kansong mengatakan dengan dukungan Yusuf Mansur masyarakat bisa makin percaya dengan Jokowi-Ma'ruf.
"Membuktikan Pak Jokowi didukung ulama. Jadi tidak benar Pak Jokowi anti ulama, mengkriminalisasi ulama," kata Usman, Selasa (12/1/2019).
Usman mengatakan, Yusuf Mansur masuk dalam salah satu ulama paling berpengaruh versi survei Lembaga Survei Indonesia tahun lalu. Sejak itu, TKN menargetkan untuk merangkul Yusuf Mansur mendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Ini baik sekali bagi peningkatan elektabilitas Pak Jokowi," kata dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo. Dia mengatakan dukungan Yusuf Mansur bisa membangun narasi Jokowi tidak melakukan kriminalisasi atau politisasi ulama.
"Yusuf Mansur itu adalah tipe ulama yang fleksibel, sehingga apapun dakwahnya bisa diterima pihak mana pun. Posisi ini penting bagi kubu Jokowi untuk membuktikan pada publik kalau ulama itu dirangkul bukan dikriminalkan," ujar Wasisto kepada reporter Tirto.
Pengaruhi Pemilih Muslim
Dukungan Yusuf Mansur terhadap Jokowi juga dinilai bisa memengaruhi suara di kalangan muslim. Wasisto mengatakan dakwah Yusuf Mansur terkenal secara luas di daerah maupun perkotaan.
"Saya pikir itu sinyalemen bagus untuk meraih lebih banyak suara kalangan kelas menengah muslim. Terutama kalangan massa mengambang," ujarnya.
Namun Wasisto mengatakan Yusuf Mansur juga menanggung risiko jika menyatakan sikap untuk mendukung salah satu paslon. Reputasi Yusuf Mansur sebagai ustad atau pemuka agama dipertaruhkan di hadapan jemaahnya.
"Saya kira risiko ada. Terlebih lagi ketika ulama melakukan endorsement politik itu, jelas pengaruhnya ke reputasi dan legitimasi di depan jamaah bila sampai calonnya kalah," kata dia.
Sementara itu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak khawatir dukungan Yusuf Mansur akan mengurangi pendukung dari kalangan Islam. Juru bicara BPN Ferdinand Hutahean optimis tidak semua jemaah Yusuf Mansur akan ikut mendukung Jokowi.
"Tentu kalangan Islam yang ingin perubahan lebih baik, betul-betul mendapatkan tempat terhormat di republik ini sebagai agama mayoritas ya, tentu akan mendukung perubahan dan mendukung Pak Prabowo," ujar Ferdinand kepada reporter Tirto, Rabu (13/2/2019).
Menurut Ferdinand, kondisi saat ini justru yang harus khawatir adalah Yusuf Mansur sendiri karena bakal ditinggalkan jemaahnya. Ia yakin basis masa Yusuf Mansur tetap mendukung Prabowo-Sandiaga.
Meski begitu, Yusuf Mansur tampak malu-malu menyatakan dukungan untuk Jokowi. Ia mengatakan dirinya bukan bagian dari tim kampanye mana pun dalam Pilpres 2019.
"Saya mendoakan Jokowi dan mendoakan Prabowo. Saya shalat untuk Indonesia, karena saya yakin 4 orang ini orang terbaik yang harus didoakan," ujar yusuf di Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Yusuf mengaku jika dirinya pernah diajak bergabung bersama Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Ia pun mengatakan ketika TKN mengajak dirinya untuk bergabung, tidak dengan cara yang kasar.
"Dari dulu udah diajak, tapi cara mengajaknya juga tidak kasar, Bismillah lah, kita lihat saja," ujarnya.
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Gilang Ramadhan