Menuju konten utama

Contoh Cerpen Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 untuk Mading Sekolah

Contoh cerpen tentang Hari Sumpah Pemuda 1928 dapat dijadikan acuan siswa untuk membuat mading. Berikut 3 cerpen sebagai contoh untuk majalah dinding.

Contoh Cerpen Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 untuk Mading Sekolah
Seniman melakukan aksi membuat mural serentak di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis (28/10/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/hp.

tirto.id - Contoh cerpen tentang Hari Sumpah Pemuda 1928 dapat dijadikan acuan siswa untuk membuat mading. Penggalan atau makna peristiwa Sumpah Pemuda yang ditempel pada majalah dinding di sekolah-sekolah diharapkan mampu memotivasi semangat peserta didik dalam menuntut ilmu.

Sebelum lebih jauh, tahukah Anda bahwa masyarakat Indonesia akan kembali memperingati Peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2023 mendatang.

Tujuan peringatan tersebut adalah mengingat kembali bagaimana para pemuda Indonesia di masa lalu, bersatu membangkitkan jiwa dan sikap nasionalisme untuk melawan, mengusir, dan menentang penjajah.

Bagi para pelajar Indonesia kini, peringatan Sumpah Pemuda dapat dimaknai pengingat diri untuk memanfaatkan kemerdekaan sebaik mungkin dengan belajar bersungguh-sungguh. Selain itu, menanamkan nasionalisme di atas perbedaan-perbedaan atau segala kemajemukan yang ada di lingkungan sekolah terlebih di masyarakat.

Contoh Cerita Pendek Sumpah Pemuda untuk Mading Sekolah

Menyambut Peringatan Sumpah Pemuda, para siswa dapat membuat cerita pendek (cerpen) yang dapat dipasang pada majalah dinding di sekolah-sekolah.

Ide cerpen sumpah pemuda untuk mading dapat membahas sejarah sumpah pemuda atau makna yang terkandung di dalamnya.

Berikut ini contoh cerpen tentang pemuda pemersatu bangsa:

1. "Upacara Sumpah Pemuda, Panas Namun Bermakna Luas"

Header Hari Sumpah Pemuda

Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda. tirto.id/Fuad

Sebelum memulai bercerita, perkenalkan namaku Parjo, seorang siswa kelas 12 di suatu sekolah menengah atas. Pagi ini adalah hari Sabtu, waktu di mana seharusnya aku tidak berangkat menuju sekolah. Sebab bagi siswa yang duduk di sekolah menengah atas negeri, institusi kami hanya menjalankan pembelajaran lima hari kerja. Oleh sebab itu menjadi wajar apabila kami seharusnya duduk di rumah sambil menonton televisi untuk mengisi waktu istirahat.

Akan tetapi, tidak seperti hari ini, kami harus berangkat pagi menuju sekolah untuk mengikuti upacara bendera tentang Sumpah Pemuda 28 Oktober. Bagiku ketika menginjak bangku sekolah menengah pertama, upacara seperti peringatan sumpah pemuda adalah buang-buang waktu, terlebih panas. Kendati demikian, akhir-akhir ini aku sadar bahwa upacara tersebut sudah sewajarnya dilakukan, sebab mengandung syarat sejarah.

Sumpah Pemuda adalah peringatan besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Tepat pada 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda berhasil dihasilkan dalam Kongres Pemuda II hari kedua yang diselenggarakan di Gedung Oost Java (kini Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat). Adapun bunyi Sumpah Pemuda sebagai berikut:

Pertama

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda tersebut bukan sekedar kata-kata tanpa makna. Namun mengandung arti besar sebagai salah satu tonggak awal yang membangun kesadaran bangsa.

Di mana banyak perwakilan para pemuda berkumpul untuk mengikrarkan janji penting berupa Sumpah Pemuda. Kendati berbeda suku, agama, dan daerah, para pemuda berkumpul untuk berikrar satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

Dari sini, aku percaya bahwa upacara Sumpah Pemuda sudah sewajarnya harus dilakukan. Kendati panas matahari begitu terik, namun peristiwa Sumpah Pemuda menjadi salah satu pengingat kepada kita para pelajar. Sekalipun penjajahan telah tiada, namun persatuan dan kesatuan bangsa harus senantiasa dijaga oleh seluruh elemen. Di sisi lain, para pelajar berperan penting sebagai agen yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.

2. "Semangat Pemuda yang Tak Pernah Padam"

Ilustrasi pemuda

Ilustrasi sumpah pemuda. (ANTARA/HO-Zenius)

Pada suatu hari di sebuah sekolah menengah di desa kecil, terdapat sekelompok siswa yang sedang bekerja keras untuk menghias mading sekolah mereka dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda. Mereka semua saling bersemangat untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Salah satu siswa, Rudi, adalah ketua kelompok itu dan dia memiliki ide cerita pendek yang mendalam dan inspirasional tentang Sumpah Pemuda. Inilah cerita yang mereka buat:

Pagi itu, Matahari bersinar cerah di langit Indonesia. Di sebuah kota kecil, sekelompok pemuda berkumpul di bawah pohon rindang. Mereka memiliki cita-cita yang besar, dan mereka tahu bahwa hanya dengan persatuan dan semangat yang tak pernah padam, mereka bisa mencapai impian mereka.

Pemuda-pemuda ini datang dari berbagai latar belakang, etnis, dan agama. Mereka sadar bahwa perbedaan-perbedaan ini adalah kekayaan Indonesia, dan mereka berjanji untuk menjaga persatuan dalam perbedaan. Mereka duduk bersama, membicarakan masa depan Indonesia yang lebih baik, dan akhirnya, mereka sepakat untuk bersatu dan berjuang bersama-sama.

Mereka berdiri di bawah langit biru dan membentangkan tangan satu sama lain. Mereka berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain, dan tak akan pernah berhenti berjuang untuk Indonesia yang lebih baik. Dalam satu suara, mereka berteriak, "Sumpah Pemuda!" Semangat ini adalah api yang tak pernah padam dalam hati mereka.

Sekarang, kita yang hidup di zaman modern ini adalah pewaris semangat Sumpah Pemuda itu. Meskipun zaman dan teknologi telah berubah, semangat persatuan dan perjuangan tetap menjadi hal yang penting. Mari kita terus menghormati Sumpah Pemuda dan menjaga semangatnya tetap hidup, agar kita bisa bersama-sama mewujudkan impian para pemuda pahlawan kita.

Sekarang, di bawah langit yang sama, kita, generasi muda Indonesia, berjanji untuk selalu mempertahankan semangat Sumpah Pemuda. Kita akan bersatu, bekerja keras, dan selalu menghormati perbedaan. Kita adalah harapan Indonesia, dan kita akan mewujudkan impian para pahlawan kita untuk negara yang lebih baik.

Cerita pendek ini mencerminkan semangat Sumpah Pemuda yang menekankan persatuan, perjuangan, dan semangat generasi muda Indonesia. Semoga cerita ini bisa menginspirasi dan memotivasi siswa-siswa sekolah untuk terus menjaga semangat perjuangan para pemuda pahlawan kita.

3. "Sumpah Pemuda adalah Pengingat Mujarab"

Ilustrasi Sumpah Pemuda

Pengunjung melintas di depan gambar tokoh-tokoh pergerakan pemuda di Museum Sumpah Pemuda kramat Jakarta, Selasa (22/3/2022). ANTARA/Indrianto EKo Suwarso/rwa

Sebut saja nama Joul, seorang lelaki berusia 21 tahun yang tengah menempuh pendidikan di suatu universitas ternama Indonesia. Sebagai mahasiswa dari rumpun ilmu sosial, aku tengah mencermati berbagai peristiwa yang terjadi negeri ini terutama berkaitan kemajemukan.

Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam luas biasa. Tidak hanya itu, kekayaan bahasa, suku, hingga agama juga sepatutnya turut dihitung. Kendati demikian, orang-orang di sosial media begitu menyeramkan ketika mendikte sesuatu yang salah maupun perbedaan paradigma. Ini menjadi potensi sekaligus kekhawatiran, sebab dapat mengancam integritas kebersamaan.

Ketika Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dulu, banyak perwakilan dari berbagai daerah berkumpul untuk mengikrarkan satu suara yang sama yakni satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Hal tersebut tentu bermakna luas, bahwa perbedaan di pandangan sebaiknya tidak harus menghilangkan rasa hormat atas anggapan orang lain selagi tidak menyalahi aturan.

Oleh sebab itu, momen peringatan Sumpah Pemuda seharusnya menjadi peringatan mujarab bagi semua orang. Perbedaan akan selalu terjadi di Indonesia, namun rasa saling menghormati sebaiknya tetap dijunjung tinggi. Terlebih segala keputusan atau pandangan dapat dilakukan dengan tujuan menciptakan persatuan dan kesatuan yang utuh.

Apabila perbedaan justru mengancam integritas bangsa, tentu akan menjadi hal yang salah. Tidak sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan para leluhur kita.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani