tirto.id - Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02 Ma’ruf Amin dianggap sebagai pemimpin yang religius dan perhatian pada umat Islam. Penilaian itu muncul dari responden survei Charta Politika beberapa waktu lalu.
Masih dalam survei tersebut, Ma’ruf kalah dari Sandiaga dalam hal pemimpin yang merakyat. Sisanya, dia sedikit mengungguli Sandiaga dalam kategori pemimpin toleran. Namun dibanding Jokowi dan Prabowo, Ma'ruf tertinggal jauh dalam kategori pemimpin tegas dan berwibawa serta pemimpin yang jujur dan bisa dipercaya.
Penilaian responden dalam survei itu dianggap Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno sebagai hal wajar. Sisi lain Ma’ruf, kata Adi, belum begitu tampak dalam kampanye, terlebih waktu kampanye 6 bulan, dianggap terlalu singkat untuk membuat masyarakat mengenal Ma'ruf lebih dekat.
Adi pun beranggapan, Jokowi harus kerja ekstra buat mendongkrak elektabilitasnya. “Karena Ma'ruf hanya fokus di umat Islam,” kata Adi kepada reporter Tirto, Selasa (26/3/2019).
Menurut Adi, sosok Ma'ruf harus bisa lebih banyak berperan agar publik lebih bisa mengenal dirinya.
Penilaian serupa dikemukakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin. Ujang menilai wajar bila Ma’ruf dianggap kuat dari sisi religius.
Ia menduga Ma’ruf sengaja dipilih Jokowi karena diproyeksikan untuk mencegah isu anti-Islam, yang kerap dituduhkan kepada Jokowi.
“Tapi memang mungkin itu pilihan yang terbaik saat itu,” kata Ujang kepada reporter Tirto, Selasa siang. “Ya memang harus ditambal.”
Ujang justru menilai capres dan cawapres memang harus saling melengkapi. Dalam hal ini, karakter pemimpin yang tak ada pada Ma'ruf memang harus muncul di Jokowi. Dan ini berarti Jokowi akan lebih banyak melengkapi kekurangan Ma'ruf.
Saat ini, Ujang merasa, Ma'ruf sudah berusaha menaikkan pengaruhnya terhadap elektabilitas Jokowi di kalangan pemilih beragama Islam. Untuk kalangan umat Islam lainnya, kata dia, pengaruh Ma'ruf bisa dikatakan sudah maksimal.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Arya Sinulingga menyatakan pihaknya memang menginginkan Maruf tampil sebagai ulama sampai sekarang. Meski hasil survei Charta Politika tidak mengunggulkan Ma'ruf, tapi mereka tidak menganggapnya sebagai masalah.
“Memang kami mau menampilkan sebagai pemimpin yang nasionalis dan ulama,” kata Arya kepada reporter Tirto. “Memang kami mau mengajak seluruh umat Islam bergabung bersama kami.”
Menurut Arya, sosok Ma'ruf sebagai pemimpin sebenarnya sudah jelas. Apalagi sosok Ma'ruf sebenarnya sudah pernah memimpin organisasi seperti Majelis Ulama Indonesia.
“Pemimpin ulama-ulama. Pasti lah beliau punya jiwa kepemimpinan. Mungkin karena masyarakat belum paham saja,” tegasnya lagi.
Sama dengan Arya, Ma’ruf pun tak ambil pusing. Ia malah merasa senang dengan hasil survei tersebut terlebih hasilnya menunjukkan dirinya lebih terkenal daripada Sandiaga Salahuddin Uno, cawapres Prabowo Subianto.
“Ya, terima kasih saja dengan hasil potretannya. Berarti bagus gitu loh. Saya senang kalau ada survei yang mengunggulkan saya,” kata Ma'ruf di sela safari Silaturahminya di Yogyakarta, Selasa siang.
Ketua umum Majelis Ulama Indonesia ini menduga, popularitas itu datang dari beberapa aspek. Di antaranya karena Kiai Ma'ruf lebih tua, berpengalaman dan penampilannya pascadebat.
“Ya, mungkin akumulasi saja. Kalau unggul itu, kan, aspeknya banyak,” kata dia.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Mufti Sholih