tirto.id - Robert Williams, astronom sekaligus direktur Space Telescope Science Institute (STScI), tak gentar meskipun rencana observasinya ditentang astronom lain yang lebih senior. Pada 1995, Williams mencanangkan proyek Hubble Deep Field (HDF). Melalui proyek tersebut, Williams bermaksud mengarahkan Teleskop Luar Angkasa Hubble untuk menelisik suatu area dekat rasi bintang Ursa Major.
"Jika Anda ingin membuat kemajuan dalam sains, Anda harus mengambil risiko. Saya sadar konsekuensinya jika pengalaman saya tak membuahkan hasil. Jadi, saya siap untuk mengundurkan diri," ujar William.
Rencana Williams memang penuh risiko. Dalam Hubble Deep Field: How Photo Revolutionized Our Understanding of the Universe (2017) yang disusun Don Nardo disebutkan bahwa celah dekat Ursa Major tersebut benar-benar gelap. Tak ditemukan bintang pun galaksi berdasarkan pengamatan teleskop dari Bumi sebelumnya. Meskipun sejumlah teleskop menangkap secercah cahaya yang ditengarai sebagai galaksi, tapi jumlahnya kelihatan tak banyak.
Jika berhasil, William akan mendapat gambar galaksi tersebut. Jika tidak, dia hanya akan menjumpai semesta kosong.
Kekhawatiran bahwa rencana William bakal berujung sia-sia juga berpangkal pada reputasi buruk Teleskop Luar Angkasa Hubble. Diluncurkan pertama kali pada 24 April 1990, tepat hari ini 31 tahun lalu, dengan total biaya sekitar $1,5 miliar, teleskop luar angkasa pertama itu awalnya beroperasi dengan cermin yang cacat.
Pada Agustus 1990, New Scientist melansir laporan pengujian NASA yang menyebutkan bahwa lensa korektor null reflektif yang menjadi instrumen utama dalam Teleskop Hubble miring sekitar 1 milimeter. Kesalahan sebesar itu membuat gambar yang dihasilkan Hubble kabur.
Baru pada 1993 lensa tersebut diperbaiki. New York Times menyatakan bahwa $50 juta telah diajukan sebagai biaya perbaikan lensa.
Tidak hanya itu, William juga ditentang dua koleganya sesama astronom. Dalam sebuah perbincangan dengan profesor Sadanori Okamura yang berkantor di Hosei University, Jepang, William mengisahkan cara Lyman Spitzer menegurnya secara tidak langsung dan diplomatis. Saat pertemuan dewan Space Telescope Institute, Spitzer mengatakan, "Bob, kamu yakin ingin melakukan ini?"
"Saya bisa memberitahu Anda bahwa John Bahcall dan Lyman Spitzer, dua penentang keras peluncuran Teleskop Luar Angkasa Hubble, menentang rencana HDF," kenang William.
Sebelum teguran Spitzer, astronom John Bahcall mendatanginya di kantor STScI. "Bob, saya pikir ini belum saatnya. Ini bukan jalan yang baik untuk ditempuh. Ada banyak orbit. Kamu mesti menunggu untuk mencoba melakukan hal semacam itu," Bahcall mengingatkan.
"Tidak. Aku pikir ini mesti dilakukan. Aku siap bertanggung jawab sepenuhnya dan menepati janji (mengundurkan diri) jika hasilnya gagal," jawab Williams.
Jutaan Cahaya Istimewa
HDF pun benar-benar dilaksanakan. William dan tim bentukannya memanfaatkan aturan waktu diskresi direktur—yang dijatahkan untuk direktur STScI menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble demi penelitiannya sendiri—selama 100 jam (18-28 Desember 1995) untuk mengambil gambar celah "gelap" dekat Ursa Major tersebut.
Secara keseluruhan, Hubble mengambil 342 gambar. Setelah diproses dan dirangkai, gambar tersebut (sebagaimana tercantum di bawah) dirilis ke publik 17 hari kemudian.
Hasilnya pun mencengangkan. Gambar yang ditangkap Teleskop Luar Angkasa Hubble mengungkap celah "gelap" yang ditengarai tidak mencakup satu pun objek alam semesta itu, ternyata berisi lebih dari 3.000 galaksi dengan berbagai bentuk: lonjong, spiral, atau tak beraturan. Beberapa di antaranya adalah jenis galaksi baru.
"Dengan capaian ini, perkiraan jumlah galaksi di alam semesta bertambah berkali-kali lipat—menjadi 50 miliar, lima kali lebih dari yang sebelumnya diperkirakan," tulis John Noble di New York Times tak lama setelah gambar HDF dirilis.
Rangkaian gambar tersebut memungkinkan para astronom menentukan jarak, umur, dan komposisi galaksi. Objek yang berwarna kebiru-biruan mengandung bintang-bintang muda dan/atau berjarak lebih dekat. Sedangkan objek yang berwarna kemerah-merahan mengandung bintang-bintang tua dan/atau berjarak lebih jauh.
Dinilai sukses, HDF pun kembali dilancarkan pada 1998 untuk memotret celah "gelap" di Bumi belahan selatan. Setelah dilakukan pembaruan terhadap beberapa instrumennya pada 2002, Hubble Ultra Deep Field dilakukan pada 2004.
Dari HDF hingga Potensi Alien
"Dengan menemukan bahwa banyak galaksi telah eksis pada 500 juta tahun setelah Big Bang, Teleskop Luar Angkasa Hubble menantang gagasan bagaimana bintang pertama membentuk, memanaskan, dan meng-ion-kan alam semesta. Para astronom masih mencoba untuk memahami sepenuhnya mengapa rata-rata bintang-baru lahir mencapai puncaknya pada 10 juta tahun lalu," catat Mario Livio dalam Nature, menanggapi capaian HDF.
Selain itu, Wiredjuga mencatat bahwa selama bertahun-tahun, Teleskop Luar Angkasa Hubble juga telah berjasa menghasilkan gambar yang paling unik dan sangat disukai dalam dunia sains. Misalnya, gambar "pilar-pilar penciptaan" di Nebula Elang, suatu gugusan bintang dan debu-debu angkasa yang terletak 7.000 tahun cahaya dari Bumi.
Teleskop itu juga memainkan peran penting dalam membantu para ilmuwan membuka beberapa misteri yang paling sulit dipahami di dunia. Pada 1994, teleskop yang namanya diambil dari astronom Edwin Powell Hubble itu memberikan bukti keberadaan lubang hitam super-masif. Sedangkan pada Mei 1999, data dari Teleskop Luar Angkasa Hubble juga membantu para ilmuwan menentukan bahwa alam semesta berusia 12 miliar hingga 14 miliar tahun.
Pada 2004, para astronom mengumumkan bahwa mereka menggunakan Hubble untuk mendeteksi oksigen dan karbon di atmosfer planet di luar tata surya kita. Para ilmuwan percaya bahwa temuan tersebut suatu hari nanti dapat mengarah pada penemuan kehidupan di planet lain.
Beberapa tahun lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump turut mengingat capaian HDF dalam amanat mingguannya. Pesan yang disampaikan dalam sebuah video itu juga menandai penandatanganan RUU Otorisasi NASA.
"Lebih dari dua dekade lalu, seorang saintis menuruti rasa penasarannya dan secara dramatis mengubah pemahaman kita mengenai alam semesta. Itu terjadi pada 1995," ujar Trump, "Pembayar pajak mengeluarkan miliaran dolar untuk Teleskop Hubble. Astronom yang bekerja punya ide yang tak biasa. Dia ingin menggunakan teleskop itu di luar kebiasaan yang ada."
Kini Teleskop Luar Angkasa Hubble dianggap uzur. NASA berencana meluncurkan teleskop luar angkasa James Webb Space Telescope (JWST).
==========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 24 April 2018. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Ivan Aulia Ahsan & Irfan Teguh