Menuju konten utama

Cina Terancam Krisis Pangan Akibat Banjir

Banjir yang melanda berbagai wilayah di Tiongkok telah menghanyutkan jutaan hewan ternak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait stok daging di negara itu.

Cina Terancam Krisis Pangan Akibat Banjir
Ilustrasi bencana banjir. Tirto/andrey gromico

tirto.id - Banjir besar di banyak wilayah Tiongkok telah memicu keprihatinan baru mengenai keamanan pangan di negeri tersebut.

Sejak musim hujan dimulai pada awal Juni, jutaan hewan peliharaan telah hanyut dibawah air, kata pihak berwenang.

Di Provinsi Anhui, salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir, sebanyak 80.000 babi dan lebih dari 12 juta ayam dan bebek hanyut dibawa air.

Di Provinsi Hubei, lebih dari 80.000 babi dan lebih dari 3,6 juta ayam serta bebek mati, sementara di Provinsi Jiangxi, sebanyak 5,2 juta ayam dan bebek dilaporkan hilang.

Banyak orang khawatir bahwa daging bisa tersedia di pasar di seluruh negeri tersebut.

Mandat keamanan pangan di Tiongkok mengalami pukulan ketika skandal makanan yang melibatkan pejabat tinggi mengguncang kepercayaan konsumen, terutama pada 2008 --ketika susu bayi yang tercemar melamin mengakibatkan enam bayi meninggal dan membuat 300.000 bayi lagi sakit.

Dalam beberapa tahun belakangan, kemarahan masyarakat telah meningkat sehubungan dengan laporan bahwa daging babyi secara tidak sah telah memasuki meja makan orang Tionghoa, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Pedagang gela-p dilaporkan mengangkat hewan yang mati dari sungai atau danau, sebelum memproses dan menjual dagingnya.

Tahun lalu, polisi di Provinsi Guandong, Tiongkok Selatan, menangani kasus yang melibatkan tersangka setiap hari menjual lebih dari 3.500 kilogram daging babi yang tercemar, kata Biro Keamanan Masyarakat Provinsi.

Banjir terjadi di mana-mana, dan saya khawatir saya mungkin secara tidak sengaja makan daging dari ayam atau babi yang mati tenggelam," kata Mao Xiaoli, seorang warga di Kabupaten Xinjian, Jiangxi.

Sebagian wilayah dilaporkan telah menangani hewan yang mati. Di Kabupaten Xiushui, Jiangxi, petani mengubur babi yang mati akibat banjir baru-baru ini.

"Sebagaimana diperlukan, babi dikubur dengan kedalaman sedikitnya dua meter. Kami menggunakan tiga ekskavator besar untuk menggali lubang," kata Zheng Guangcai, Kepala Dinas Peternakan setempat.

Yang lain kelihatannya lebih sederhana dalam menangani hewan yang mati. Di Kota Anqing, Anhui, Kepala Koperasi Pertanian setempat mengatakan sebanyak 2.000 bebek yang mati tenggelam "cuma dibuang".

"Terlalu banyak dan tak mungkin menangani semuanya secara layak," katanya.

Di Kota Xuangcheng, Anhui, banjir menewaskan atau menghanyutkan lebih dari lima juta ayam dan bebek.

"Sebanyak 60.000 bebek di desa kami hanyut dibawa air tahun ini, dan kami masih belum menemukan hewan tersebut," kata Hu Yiqun, Kepala Desa di Kabupaten Huaining, Xuancheng.

Pekan lalu, Pemerintah Anhui mengeluarkan pemberitahuan yang menuntut para penyelia mencegah daging semacam itu mencapai meja makan warga.

Seorang pejabat Pemerintah Anhui mengatakan pemrosesan daging tidak sah sulit ditemukan sebab "ada terlalu banyaik tempat untuk diperiksa di daerah yang luas".

Baca juga artikel terkait BENCANA BANJIR

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra