Menuju konten utama

Cina Memboikot K-Pop Gara-Gara Urusan Nuklir

Korea Utara bisa jadi lebih miskin dari Korea Selatan. Namun, dukungan dari sekutu-sekutu Korea Utara membuat negara ini bisa jadi memenangi perseteruan dengan negara tetangganya itu.

Cina Memboikot K-Pop Gara-Gara Urusan Nuklir
Parade militer Korea Utara memamerkan rudal nuklir di Kim Il Sung Square, Pyongyang. AP

tirto.id - Perseteruan antara Korut dan Korsel memang tak pernah berdiri sendiri, melainkan juga melibatkan sekutu-sekutunya. Amerika Serikat memberikan dukungan kepada sekutunya dalam bentuk teknologi, termasuk yang terakhir membuat heboh adalah pembuatan sistem pertahanan rudal. Sementara Korut mendapatkan dukungan sekutunya, Cina berupa boikot ekonomi. Hasilnya ternyata sangat signifikan karena berdampak pada perekonomian Korsel

Memanasnya situasi berawal dari uji coba nuklir yang dilakukan pada 2006, 2009, 2013, dan Januari, serta September 2016 ini. Uji coba yang terakhir memberi indikasi ledakan yang diduga merupakan uji coba nuklir terbesar Korut dengan kekuatan 10-30 kiloton. Korut bahkan dipercaya memiliki cukup plutonium guna membuat delapan hingga 12 senjata nuklir, yang lebih dari cukup untuk mencegah ancaman invasi saudaranya, Korsel atau bahkan AS.

Merespons nekatnya Korut melakukan uji coba nuklir, AS pun membantu Korsel mengembangkan sistem pertahanan rudal milik AS di Seongju, Provinsi Gyeongsang Utara, 200 kilometer sisi tenggara Seoul.

Pembangunan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) ini sebelumnya telah melewati lima bulan pembicaraan secara lanjut antara AS-Korsel. THAAD diklaim sebagai sistem pertahanan yang mampu menghalau dan menghancurkan rudal musuh. Pembangunannya, diprediksi akan rampung di akhir tahun depan. Sistem THAAD ini dapat melindungi dua per tiga area Korsel termasuk fasilitas vital seperti pembangkit tenaga listrik dan depot minyak apabila nantinya terdapat ancaman serangan rudal Korut

Sebagai pendukung Korut, Rusia dan Cina jelas geram. Mereka menilai, dukungan AS hanya akan memperkeruh keadaan dua negara. Cina pun “membalas” dengan serangan lain dalam bentuk non nuklir dengan menyasar titik terkuat sekaligus titik terlemah Korsel: melarang segala hal berbau Hallyu di Tiongkok mulai November ini.

Belum ada pernyataan resmi dari Departemen Media, Publikasi, Radio, Film dan Televisi Cina. Tapi sejumlah stasiun televisi Cina menyampaikan sudah mendapat perintah atas pelarangan tayangan terkait Hallyu. Adalah koran lokal Cina, Huanqiu Shibao yang sudah mengungkapkan hal ini.

Kebijakan pelarangan ini mencakup penayangan iklan televisi dengan artis Korsel sebagai bintangnya, keterlibatan artis asal Korsel di berbagai program televisi, kerja sama Sino-Korea dalam berbagai drama dan variety show, dan penayangan program televisi maupun konser Hallyu termasuk perusahan atau label dari negara tersebut.

Para penyanyinya yang memiliki fanbase di seluruh dunia, sudah mulai dilarang konser di Cina sejak Oktober lalu. Jika melanggar, maka perusahaan Cina yang menyeponsori diminta mengembalikan uang tiket dua kali lipat dan dikenakan denda senilai 17 juta won atau Rp195 juta.

Selain itu, para pengusaha Cina juga dilarang berinvestasi pada perusahaan-perusahaan Korsel. Para K-Popers Cina, sudah barang tentu tak akan leluasa melihat idolanya, barang di Youtube sekalipun, sebab pemboikotan serupa juga dilakukan untuk segala hal berbau Hallyu yang ditayangkan secara online.

Padahal, para penggemar K-Pop di Cina termasuk salah satu yang terbesar di dunia, terbukti beberapa grup vokal Korsel merekrut member-member khusus dari Cina dan membuat sub grup yang khusus debut di negeri tirai bambu tersebut, SM Entertainment dengan Suju M lah contohnya. Para ELF Cina, terbukti sebagai fans fanatik Suju yang rela menggelontorkan uangnya hanya untuk melihat idolanya.

ELF Cina, pernah menghabiskan $93.000 atau sekitar Rp900juta untuk memberi plakat emas kepada Suju. Konon katanya, fans di Cina merupakan basis fans terbesar di dunia.

INFOGRAFIK Menghindari Nuklir Korsel diblokir

Hasil pemboikotan Cina ternyata sangat mencengangkan dan berdampak serius terhadap menurunnya pendapatan perusahaan hiburan dan kosmetik di Korsel. Seperti yang dilansir Financial Times, sejak Senin (21/11/2016) lalu, saham perusahaan-perusahaan tersebut langsung mengalami penurunan.

Apalagi, para bintang Korea ini menjadi sulit terlibat dalam bisnis-bisnis hiburan Cina. Hal ini mulai terlihat dari pemotongan penuh adegan yang menampilkan Hwang Chi Yeol, seorang penyanyi Korsel dalam sebuah acara stasiun TV Cina.

Penayangan drama Lee young Ae dan Song Seung Hun, "Saimdang, Diary of Light" yang seharusnya dijadwalkan tayang Oktober lalu ditunda hingga tahun depan. Total sudah 16 program Hallyu yang tak lolos uji oleh pemerintah Cina untuk tayang di sana.

Di pasar Kosdaq, saham agensi hiburan seperti SM Entertainment, jatuh sebesar 8,2 persen menjadi 25.900 won atau setara $21,9. YG Entertainment juga mengalami penurunan sebanyak 6,9 persen menjadi 26.300 won, sedangkan JYP Entertainment merosot 2,8 persen menjadi 5.230 won.

Saham Chorokbaem Media, sebuah perusahaan produksi juga turun 8 persen menjadi 2.120 won, saham Showbox, distributor film merosot 14,6 persen menjadi 5.160 won. Rumah produksi drama terbesar Korea Selatan, CJE&M juga mengalami penurunan harga saham yang terendah sejak Mei 2015 sebesar 8,3 persen pada Selasa (22/11/2016).

Di Kospi, perusahaan kosmetik yang mengandalkan ekspor ke Cina juga terkena imbas langsung seperti LG Household & Health Caren yang turun 5,8 persen, Amorepacific turun 3,5 persen, Cosmax BTI, Tony Moly, dan Korea Kolmar.

“Pelarangan Cina terhadap Hallyu, karena keputusan penyebaran THAAD, akan terus memengaruhi industri hiburan secara keseluruhan,” kata Lee Won Seok, seorang analis dari NH Investment & Securities.

“Larangan ini, jika dirinci, akan membatasi penjualan hak cipta ke luar negeri perusahaan produksi drama dan menyinggung biaya manajemen agensi hiburan.”

Kerja sama THAAD ternyata membawa implikasi ekonomi yang besar. Tak hanya itu, program ini ternyata juga mendapatkan penolakan dari warga Korse. Walau bertujuan untuk melindungi negaranya dari negara musuh, ternyata pembangunan THAAD malah mendapat penolakan dari rakyatnya sendiri. Terutama yang berada di kawasan proyek THAAD, Seongju, Gyeongsang Utara. Para warga Seongju khawatir, proyek THAAD akan menghancurkan masa depan mereka yang sebagian besar merupakan petani.

Dalam beberapa aksi protesnya, para warga ini tak segan menyayat bagian tubuh mereka untuk mendapatkan darah guna menulis kalimat-kalimat penolakan pada spanduk. THAAD, bagi mereka merupakan sebuah gangguan atas kedamaian hidup yang sudah dimiliki para penduduk bertahun-tahun lamanya.

Baca juga artikel terkait KOREA UTARA atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti