Menuju konten utama
Virus Corona

Cina Cabut Izin Liputan Jurnalis Wall Street Journal di Wuhan

Pemerintah Cina mencabut izin peliputan wartawan The Wall Street Journal atas pemberitaan virus corona COVID-19 di Wuhan.

Cina Cabut Izin Liputan Jurnalis Wall Street Journal di Wuhan
Ilustrasi virus Korona. foto/istockphoto

tirto.id - Pemerintah Cina mencabut ijin peliputan jurnalis the Wall Street Journal (WSJ) di Wuhan terkait pemberitaan artikel yang berjudul China is the Real Sick Man of Asia dalam menggambarkan wabah virus corona COVID-19, yang berpusat di Wuhan

Pencabutan itu dilakukan pemerintah Cina terhadap seorang wartawati WSJ bernama Chao Deng beserta dua rekannya Wakil Kepala WSJ Biro China Josh Chin dan wartawan WSJ lainnya Philip Wen. Pemerintah Cina beranggapan jika berita yang ditulis sangat menghina Cina.

"Terkait Chao Deng, kartu persnya telah dicabut dan dia saat ini masih berada di Wuhan. Atas pertimbangan kemanusiaan, kami tetap mengizinkannya tinggal di Wuhan, namun tidak diizinkan menulis berita atau wawancara. Kalau status isolasi Wuhan telah dicabut, dia harus pergi sesegera mungkin," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian seperti Antara, Rabu (26/2/2020).

Zhao menyebutkan, kata-kata the real sickman itu sangat menghina karena tulisan tersebut mengaitkan periode tertentu dalam sejarah Cina.

"(Artikel) WSJ itu telah memicu kemarahan orang-orang Cina karena melukai perasaan kami," tutur diplomat yang baru tiga hari ditunjuk sebagai jubir baru di Kemenlu Cina itu.

Saat ini, Chao Deng beserta dua rekannya dari WSJ masih tertahan di Wuhan, Provinsi Hubei karena wilayah tersebut masih dalam status isolasi. Tetapi, Ketiganya diperintahkan meninggalkan Cina paling lambat lima hari setelah keputusan tersebut dikeluarkan pada 19 Februari 2020.

Chao dan Josh berkewarganegaraan Amerika Serikat, sedangkan Philip warga negara Australia.

Menanggapi pengusiran terhadap pewarta WSJ, pemerintah AS juga berencana melakukan tindakan balasan terhadap wartawan Cina.

"Para pejabat AS itu harus membaca email yang ditandatangani 53 karyawan WSJ di China bahwa ini bukan tentang independensi editorial atau perbedaan antara berita dan opini. Ini tentang pilihan yang keliru dari judul berita yang sangat ofensif terhadap banyak orang, tidak hanya di China," ujar Zhao menanggapi sikap AS tersebut.

Sebelum memutuskan pengusiran, pemerintah China telah mendesak WSJ untuk meminta maaf atas penerbitan artikel tersebut.

Hingga Rabu (26/2/2020) per pukul 8.23 WIB, data yang diunggah Johns Hopkins CSSE menyebutkan, jumlah kasus positif COVID-19 telah mencapai angka 80.593 dengan jumlah terbanyak di Cina sebesar 77.663 orang.

Dari jumlah itu, sebanyak 2.708 orang meninggal dunia dan 28.060 orang dinyatakan sembuh.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH