Menuju konten utama

China Kembali Ancam Serang Taiwan: Bagaimana Situasi Terbarunya?

Konflik China dan Taiwan kembali memanas pada Januari 2023, apa pemicunya?

China Kembali Ancam Serang Taiwan: Bagaimana Situasi Terbarunya?
Kendaraan militer Taiwan melakukan parade saat perayaan Hari Nasional di depan Gedung Kepresidenan di Taipei, Taiwan, Minggu, 10 Oktober 2021. FOTO/AP Photo/Chiang Ying-ying

tirto.id - China kembali mengancam Taiwan dan memperingatkan akan menyerang elemen-elemen anti-China di negara asing jika mencampuri konflik mereka.

Masalah kedua negara di awal tahun 2023 ini kembali memanas setelah Taiwan menggaungkan wacana kemerdekaan.

Tiongkok tidak senang dengan wacana itu karena bisa kehilangan wilayah Ibu Kota Taipei yang dianggap harus tetap di bawah kendali Beijing. Kedua negara sama-sama bersikukuh mempertahankan zona teritorialnya.

Taiwan bersikeras pisah dari China, sedangkan Tiongkok tetap pada pendirian bahwa Taiwan harus berada di bawah pemerintahan China.

Meskipun saat ini Taiwan sudah memiliki pemerintahannya sendiri, namun pada faktanya wilayah dengan Ibu Kota Taipei ini belum sepenuhnya merdeka.

Situasi Terkini Konflik China dan Taiwan

Seperti diwartakan AP News, 11 Januari 2023, kedua negara kembali memanas setelah isu kemerdekaan mencuat kembali ke permukaan.

Wacana tersebut digadang-gadang akan memicu China mengerahkan pasukan militernya di beberapa titik Pulau Taiwan seperti yang dilakukannya pada bulan Agustus 2022 lalu.

Dalam beberapa waktu terakhir ini, militer Taiwan dikabarkan sudah menggelar latihan untuk mengantisipasi serta membuktikan bahwa kemampuannya bisa melawan ancaman China.

“Hal yang paling penting adalah menjaga keamanan wilayah udara dan keamanan nasional kami,” ungkap Letnan Kolonel Angkatan Udara Militer Taiwan, Wu Bong-yeng.

Selain itu, latihan militer Taiwan itu dilakukan juga bertepatan dengan kunjungan politisi Jerman dan Lithuania.

Kunjungan politisi asing ke Taiwan dalam rangka meningkatkan hubungan ini memicu Tiongkok kembali bereaksi dengan mengadakan latihan militer dalam skala besar yang digadang-gadang sebagai latihan blokade atau invasi.

Besar kemungkinan, akan terjadi lagi ancaman China untuk menyerang Taiwan jika kondisi geopolitik maupun aspek lainnya tak segera mereda.

China Peringatkan Negara Asing soal Taiwan

Al Jazeera memberitakan, tak hanya dipicu wacana memerdekakan diri saja, kemarahan China atas Taiwan diduga dipicu oleh campur-tangan sejumlah negara asing anti-Tiongkok yang mencoba mendorong dan mewujudkan kemerdekaan Taiwan.

Secara tegas, Tiongkok menganggap politisi asing yang berinteraksi dengan Taiwan dianggap bisa mengancam kedaulatan dan integritas teritorial China.

Juru bicara kantor urusan China-Taiwan, Ma Xiaoguang dalam konferensi pers mingguannya sempat menyinggung negara-negara asing, terutama negara anti-Tiongkok supaya menghentikan gerakannya dalam mendorong perwujudan wacana kemerdekaan Taiwan.

“Kami menyerukan kepada negara-negara yang relevan untuk berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan dan berhenti bermain api dalam masalah Taiwan,” ungkap Ma Xiaoguang.

Sementara menurut keterangan Global Times, China memperingatkan kalau upaya kemerdekaan Taiwan dipastikan akan gagal dan menjadi suatu tindakan yang harus dihukum.

Respons China ini bukan yang pertama, pada bulan Agustus 2022 lalu, Tiongkok sempat memberikan ancaman serius setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi melakukan kunjungan ke Taiwan yang dinilai mengganggu kondisi geopolitik kedua negara.

Pada saat itu, China langsung bereaksi keras dengan mengerahkan pasukan militer dalam skala besar di sekitar Pulau Taiwan sebagai rangkaian serangan yang bisa meletus kapan saja.

Buntut dari kunjungan beberapa politisi negara asing ke Taiwan membuat China melanjutkan kembali latihan militer di penghujung tahun 2022 lalu dengan mengerahkan 71 pesawat terbang dan tujuh kapal perang.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Politik
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto