tirto.id - Ketua RW 07 Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur, Noer Ali mengatakan sebetulnya sejak tiga hari yang lalu air sudah merendam 16 Rukun Tetangga yang berada di dalam wilayahnya. Ketika itu air masih tak kurang dari satu meter sehingga warga masih bisa beraktivitas.
Memasuki Kamis malam, barulah Ali mendapatkan kabar dari WhatsApp Grup (WAG) Kelurahan Cililitan bahwa air kiriman dari Bendungan Katulampa akan singgah ke wilayahnya. Ternyata kiriman air benar datang Jumat dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB.
"Lalu saya sebarkan lagi ke grup RW, nanti berlanjut ke grup RT dan ke warga. Jadi masing-masing warga akan mengetahui banjir datang jam sekian," ujarnya kepada Tirto di Posko Banjir RW 07, Cililitan, Jakarta Timur, Sabtu (27/4/2019).
Tidak berhenti di WAG saja, beberapa warga, menurutnya, ada memberikan informasi melalui toa masjid atau berkeliling sambil berteriak.
"Kami pantaunya dari tinggi muka air Katulampa. Kalau di atas 200, artinya siaga I di sini," ujarnya.
Tanpa diberi komando oleh petugas pemerintah daerah dari suku dinas mana pun, Ali menuturkan warganya sudah memiliki inisiatif sendiri untuk mengungsi ke mana.
Ia mencatat terdapat 6 ribu warga dari 16 RT yang berbeda, yang saat ini mengungsi di beberapa titik pengungsian.
"Ada beberapa posko, ada yang di aula, di rumah saya, di beberapa rumah warga yang tidak kena juga ada," ujarnya.
Dari pantauan Tirto di salah satu titik pengungsian, yakni Posko Banjir RW 07 atau persis samping rumah Noer Ali, terdapat 50 lebih warga yang mengungsi di sana. Mereka didominasi ibu-ibu dan anak-anak.
Ali mengatakan saat ini, warganya belum bisa kembali ke rumah dan oleh karena itu membutuhkan bantuan suplai makanan, popok bayi dan selimut.
Bantuan dari pemerintah, menurutnya, masih minim. Sejak Jumat siang, ia mengatakan warganya mendapatkan suplai makanan dari sesama warga yang tak terdampak dan baru dari pihak kelurahan.
"Saya belum ketemu langsung dengan perwakilan dari BNPB mungkin langsung ada yang ke warga. Tapi dari kelurahan untungnya sudah ada kiriman nasi bungkus," pungkasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri