tirto.id - Calon tunggal Kapolri Komjen Idham Azis menjelaskan mengapa masalah terorisme di Poso, Tengah tak kunjung usai. Penjelasan singkat Idham untuk merespons pertanyaan dari Anggota Komisi III DPR RI Sarifuddin Sudding.
Politikus PAN itu mengatakan, ada berbagai persepsi masyarakat terkait kasus terorisme di Poso yang tak pernah tuntas, meski Idham sudah dua kali bekerja di sana pada, 2004 dan 2014. Persepsi itu, pembiaran sengaja dilakukan agar aliran dana terus mengalir ke Polri atau digunakan untuk pengalihan isu.
"Sehingga yang ada di atas gunung ini sampai sekarang belum ditindak tegas. Itu persepsi masyarakat," kata Sudding dalam Fit and Proper Test di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Idham memaparkan, sejak tahun 2001 ia sudah memetakan kasus terorisme di Poso. Meski pada tahun 2001, Idham menjadi wakil kepala satuan serse Polda Metro Jaya.
"Setelah bom Bali masuk ke Poso karena hampir semua mastermind pelaku bom Bali itu kami ambil di Palu," tuturnya.
Hingga kini Satgas Tinombala gabungan TNI dan Polri masih mencari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Poso. Menurut Idham, kelompok itu mudah menyatu dengan masyarakat lokal.
Kemungkinan, kata Idham, kelompok Ali Kalora di Gunung Biru atau Tamanjeka. Daerah itu susah diakses dan jaringan komunikasinya buruk.
"Polri dan TNI kadang hanya enam bulan, dia sudah enggak kuat dalam operasi-operasi seperti itu, dia harus berganti. Sehingga mulai baru lagi meskipun kegiatannya sudah bisa kami mapping," tuturnya.
"Hampir sebagian masyarakat di sana itu simpatisan kelompok Ali Kalora," imbuhnya.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana