tirto.id - Menjelang Idulfitri merupakan masa paling menyibukkan bagi Windari, seorang ibu rumah tangga (IRT) sekaligus pemilik bisnis kue kering asal Tangerang. Bisnis yang berawal dari sekadar coba-coba itu tidak disangka berbuah manis.
“Saya iseng untuk bikin-bikin kue nastar dan ternyata diterima di pasar. Kemudian, mulai berdatangan pesanan, awalnya hanya 1, 2, 3 pesanan. Namun, lama-lama ternyata customer saya mulai menjual lagi. Saya jadi punya reseller hingga puluhan, alhamdulillah,” ucap Windari saat dihubungi Tirto, Sabtu (22/3/2025).
Windari akhirnya menjadikan bisnis kue kering tersebut sebagai pekerjaan utamanya. Kuenya bisa dipesan langsung melalui Instagram, e-commerce, dan Whatsapp.
Ibu satu anak itu pun membeberkan perbedaan kuantitas penjualannya saat hari-hari biasa dan momen jelang lebaran. Pada hari biasa, jumlah penjualan kuenya sekira 150 hingga 300 toples per bulannya.
Sementara itu, di momen Ramadhan hingga jelang Idulfitri, Windari mengaku bisa menjual 6.000 hingga 7.000 toples. “Masa ramai” itu biasa terjadi selama 2 hingga 3 bulan.
“Untuk momen Ramadhan dan Idulfitri ini, kami sudah start produksi H-1 bulan sebelum lebaran karena stoknya harus benar-benar siap banyak,” beber Windari.
Meski tak menggelontorkan modal besar, yakni sekitar Rp3 juta, dia kini berhasil meraup omzet hingga ratusan juta setiap tahun.
“Ada peningkatan omzetnya itu bisa Rp150 juta hingga Rp250 juta ya setiap tahun. Kadang naik, kadang turun, tapi biasanya selalu ada peningkatan,” ungkap Windari.
Kini, Windari telah hampir 10 tahun menggeluti bisnis kue kering. Dia mengaku menemukan banyak pengalaman menyenangkan selama itu, mulai dari memiliki keleluasaan waktu untuk mengeksplorasi resep-resep kue terbaru, hingga mendapatkan banyak jejaring customer.
Di sisi lain, Windari pun mengakui dirinya tetap menemui kendala. Pertama, sebagai pebisnis, dia beserta tim harus memikirkan strategi pemasaran terbaru untuk mengikuti perkembangan zaman. Di zaman saat ini dengan teknologi yang kian canggih, Windari pun mempromosikan dagangannya melalui berbagai platform media sosial dan e-commerce dengan melakukan siaran langsung, hingga menawarkan promo menarik.
“Kalau perlu, kami adakan live seperti di Shopee atau kami adakan promo di Instagram, Facebook. Kami juga bikin video-video atau konten menarik terkait produk kami,” kata Windari.
Kendala kedua adalah kenaikan harga bahan setiap tahun. Itu adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Ketika harga bahan kue mulai naik, Windari pun memutuskan untuk menaikkan harga jual kuenya. Yang penting, dia tetap memberikan kualitas kue terbaik kepada para pelanggannya.
“Harga per toplesnya setiap tahun ada kenaikan Rp2.000 hingga Rp4.000 per toples. Kami juga enggak mau menurunkan kualitas. Jadi, lebih baik kami naikkan harganya saja, namun tetap terjangkau di kantong customer dan reseller kami,” kata Windari.
Reseller Kue Kering
Selain pembuat kue kering, lini bisnis yang juga meraup cuan di momen lebaran adalah reseller kue kering. Namun, menjadi reseller kue kering mesti pintar-pintar mengatur strategi sekalipun pasar sedang ramai. Pasalnya, persaingan di lini ini cukup sengit.
Hal itu diungkap Tati, seorang reseller kue lebaran yang membuka lapak di Pasar Senen, Jakarta. Di momen menjelang lebaran seperti saat ini, Tati bersiasat dengan menurunkan harga kue-kue jualannya. Dengan menurunkan harga, dia berharap dapat menarik perhatian pelanggan di pasar yang kian ramai.
“Sekarang, saingan banyak. Jadi, kami harus benar-benar agak menurunkan harganya dibanding yang lainnya. Memang enggak sampai banting harga banget, tapi kami kasih murah,” ujar Tati kepada Tirto saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta.
Tati menjadi reseller kue dan snack sejak 2022 dan inilah pekerjaan utamanya. Sedari saat itu pula, dia selalu memanfaatkan momen Ramadhan dan Idulfitri sebagai ladang cuan. Selain bersaing harga, dia juga mengeluarkan menambah variasi kue-kue keringnya menjelang momen lebaran.
“Pokoknya saya memang menjual kue dan snack. Kalau ada momen Lebaran, baru kue-kue lebaran seperti ini baru kami keluarkan,” imbuh Tati.
Tak bisa dimungkiri bahwa bisnis kue kering, baik di lini pembuat maupun reseller, amat sensitif dengan harga bahan baku. Pasalnya, seperti tercermin dari cerita Windari dan Tati, kenaikan harga bahan baku bakal berefek panjang dari hulu hingga hilir.
Di momen-momen jelang lebaran seperti sekarang, para pebisnis kue kering jelas perlu lebih cermat berhitung biaya produksi.
Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Selasa (25/3/2025), harga sejumlah bahan baku kue mengalami perkembangan yang bervariasi. Secara nasional, harga telur ayam ras tercatat Rp29.475—sedikit turun dari minggu sebelumnya (18/3/2025) yang sebesar Rp29.556.
Sementara itu, harga tepung terigu kemasan per Selasa (25/3/2025), tercatat Rp12.955—naik tipis ketimbang minggu sebelumnya (18/3/2025) yang sebesar Rp12.955.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengeklaim bahwa stok bahan pangan dan harganya masih terkendali menjelang Idulfitri 2025. Hal itu disampaikannya dalam Rapat Kabinet di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (21/3/2025).
“Di saat bulan-bulan ini, apalagi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, kondisi pangan kita aman. Kondisi pangan kita cukup terkendali,” ucap Prabowo.
Meski demikian, Prabowo meminta para menterinya agar tidak menyepelekan soal pasokan pangan menjelang Lebaran 2025.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, memastikan bahwa harga mayoritas komoditas pangan—seperti beras, minyak goreng, gula, hingga tepung terigu—dalam kondisi stabil.
"Beras stabil, minyak goreng stabil, gula stabil, tepung terigu, dan lain-lain stabil. Hanya cabainya, pun cabai rawit, yang tinggi sekali. Nah, itu dari tinggi sekali sudah turun," tutur Sudaryono.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fadrik Aziz Firdausi