Menuju konten utama

Cerita Bersambung Documenta Fifteen (Bagian I)

Mental ruangrupa ketika diundang oleh documenta adalah dengan memosisikan diri sebagai sumber daya manusia, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, jaringan.

Cerita Bersambung Documenta Fifteen (Bagian I)
Documenta. foto/Keke Tumbuan

tirto.id - Penghujung 2018, masuk pesan baru di kotak surat elektronik ruangrupa. Isinya, sebuah undangan sekaligus pertanyaan kepada ruangrupa: apakah ruangrupa tertarik menjadi direktur artistik documenta? Undangan tersebut dijawab dengan pertanyaan dan undangan balik: apakah documenta tertarik untuk mengerjakan sebuah konsep dan praktik bernama lumbung? Dan setelahnya, cerita tentang ruangrupa, lumbung, dan documenta fifteen bergulir, sampai saat tulisan ini dikerjakan.

***

Diselenggarakan sekali dalam lima tahun di kota Kassel, Jerman sejak 1955, documenta dikenal luas sebagai perhelatan prestisius di kancah seni dunia. Sampai saat ini sejak pertama kali diselenggarakan, documenta sudah memasuki edisi kelima belas, setelah sebelumnya diselenggarakan pada 1955, 1959, 1964, 1968, 1972, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 2002, 2007, 2012, dan 2017. Kota Kassel yang berpenduduk sekitar 200.000 jiwa lebih sedikit, tempat pelaksanaan tetap documenta sejak awal, adalah salah satu wilayah dari negara bagian Hessen. Setiap harinya, Kassel tidak sama hiruk pikuknya seperti kota-kota besar Jerman lainnya, seperti Berlin, Frankfurt atau München. Kota Kassel ini memang hanya ramai ketika documenta berlangsung. Denyut ekonominya juga sangat terpengaruh oleh documenta yang bisa mendatangkan sampai satu juta pengunjung selama seratus hari penyelenggaraannya.

Lalu kenapa documenta sering disebut prestisius? Oleh banyak kalangan, perhelatan ini dianggap punya daya pengaruh terhadap kurator serta sejarawan di jagad seni. Sejumlah edisi documenta awal berhasil memperkenalkan gerakan-gerakan seni seperti minimalisme, konseptualisme, dan ekspresionisme abstrak, yang di kemudian hari banyak dianut oleh seniman. Demikian pula pada 1997 misalnya, direktur artistik perempuan pertama documenta, Catherine David, menggelar perhelatan ini dengan menghadirkan karya-karya seni digital berbasis platform daring. Suatu pendekatan artistik yang pada tahun-tahun itu belum dilakukan oleh sejumlah kurator atau direktur artistik di perhelatan-perhelatan akbar lainnya di lingkungan kesenian Eropa dan Amerika.

Selain itu, rentang durasi persiapan documenta yang lebih panjang, sekitar 3-4 tahun, memungkinkan tersedianya ruang dan waktu untuk eksplorasi, persiapan, serta eksperimentasi, baik dalam proses maupun selama pameran berlangsung dalam 100 hari. Dan tentunya juga sokongan dana, baik dari pemerintah pusat di Berlin, dari kota Kassel sendiri, dan juga dari berbagai perusahaan swasta, baik yang berbasis di Jerman, misalnya Volkswagen yang sering menjadi sponsor utama, maupun dari negara lain.

***

Ketika ruangrupa diundang oleh documenta mengirimkan proposal singkat atau expression of interest untuk menjadi direktur artistik documenta, tidaklah menyita banyak waktu untuk berembuk dan memikirkan tentang apa yang akan ditawarkan: lumbung. Suatu kata yang tidak asing di telinga orang Indonesia. Bagi ruangrupa, lumbung bukanlah hanya sebagai bangunan fisik untuk menampung benih atau hasil panen yang dikemudian hari bisa ditanam lagi maupun untuk dikonsumsi ketika masa paceklik melanda. Lumbung juga adalah pranata sosial, piranti lunak, sekaligus praktik berbagi sumber daya dalam rangka bisa bertahan bersama atau merayakan kehidupan.

Idealnya, secara konsep dan praktik, lumbung adalah penyediaan sumber daya bagi siapa saja yang berpartisipasi di sekitarnya, dan terbuka untuk mengajak turut serta siapa saja yang memiliki kecenderungan praktik lumbung, atau kepada yang membutuhkan sokongan dari praktik tersebut. Tentunya ini tidak mudah, dan juga memiliki resiko tersendiri. Namun karena documenta adalah ajang berkesenian di mana eksperimentasi bisa dibawa, sehingga sah-sah saja praktik lumbung diajukan sebagai konsep dan praktik kerja. Gayung bersambut, documenta menerima konsep lumbung. Sebagai institusi yang memiliki portfolio masyhur, documenta tentunya memiliki sumber daya besar. Mental ruangrupa ketika diundang oleh documenta adalah dengan memosisikan diri sebagai sumber daya, yaitu sumber daya manusia, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, jaringan, dan lain sebagainya.

***

Infografik Documenta

Infografik Documenta: Cerita Lumbung. tirto.id/Quita

ruangrupa yang berdiri pada 2000 dan masih bertahan hingga saat ini dengan segala dinamikanya, dijalankan sambil belajar dari banyak praktik sambil terus bereksperimentasi. Praktik lumbung sendiri baru terjadi di kemudian hari ketika ruangrupa sudah merasa perlu praktik lumbung dilanjutkan sebagai wahana kerja bersama dalam pengertian yang luas. Praktik kerja bersama dalam pengertian luas tersebut berarti tidak hanya berupa penyediaan ruang bagi para individu yang ada di dalamnya, namun juga tentang bagaimana gagasan dari banyak isi kepala dilebur dan dicampuraduk lalu menjadi karya bersama.

Lalu secara sadar atau tidak sadar, dalam perjalanannya, ruangrupa berpijak pada prinsip dan nilai-nilai yang antara lain: mengakar pada konteksnya, dipenuhi humor, berkecukupan, senang memberi, mengutamakan regenerasi, dan merdeka dalam mengambil keputusan serta mengelola gagasan. Untuk prinsip regenerasi misalnya, ruangrupa selalu menekankan tentang perlunya bekerja antar lintas generasi, sebab orang bisa datang dan pergi, namun gagasan dan praktik yang dipercaya punya faedah, perlu selalu dirawat. Dalam perkembangannya, ruangrupa juga banyak belajar pada cara kerja petani alami yang sangat regeneratif, yang tidak lagi memakai bahan-bahan kimiawi berupa pestisida, fungisida dan herbisida. Bahan-bahan kimiawi beracun tersebut tidak hanya merusak ekosistem yang ada di sekitar tumbuhan termasuk tanah, tapi juga berpeluang besar merusak manusia yang ada di sekelilingnya.

***

Pada awalnya, ada pertimbangan panjang bagi ruangrupa dalam mengambil tawaran menjadi direktur artistik documenta tersebut. Pertimbangan panjang ini terjadi karena pada 2016, ruangrupa, Serrum, dan Grafis Huru-Hara, baru saja membentuk Gudskul Studi Kolektif dan Ekosistem Seni Rupa Kontemporer (selanjutnya disebut Gudskul), sebuah platform yang mengembangkan sistem lumbung bersama di mana seluruh sumber daya dikumpulkan dan dibagi secara proporsional, sesuai dengan kebutuhan tiga kolektif yang disebut di atas. Setelah diskusi panjang dan akhirnya haqqul yaqin, akhirnya ruangrupa memutuskan untuk melibatkan diri dalam documenta sebagai direktur artistik. Tentunya dengan segala siasat agar apa yang sudah dikerjakan oleh ruangrupa sejak 2000, dan Gudskul sejak 2016, tetap berlanjut dan saling berkesinambungan dengan apa yang dikerjakan di documenta. Ini bukan perkara mudah, tapi bukankah di tengah kerumitan selalu ada kemudahan?

Bersambung…

Baca juga artikel terkait SENI RUPA atau tulisan lainnya dari Mirwan Andan

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Mirwan Andan
Penulis: Mirwan Andan
Editor: Lilin Rosa Santi