Menuju konten utama

Cendekiawan Tekankan Komunikasi Politik Ahok Buruk

Cendekiawan muslim Ulih Abshar Abdalla dan peneliti LIPI Siti Zuhro mengkritik komunikasi bakal calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dinilai buruk. Kendati Ahok sudah meminta maaf terkait pernyataannya tentang surat Al Maidah yang dinilai menyinggung umat Islam, dua cendikawan itu menilai pernyataan itu merugikan Ahok sendiri dalam pertarungan Pilkada.

Cendekiawan Tekankan Komunikasi Politik Ahok Buruk
Puluhan ribu massa dari Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah massa dari berbagai ormas lainnya menggelar aksi menolak Ahok di ruas di sekitar Balaikota Jakarta, Jum'at, (14/10). TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Cendekiawan muslim Ulih Abshar Abdalla dan peneliti LIPI Siti Zuhro mengkritik komunikasi politik bakal calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dinilai buruk. Kendati Ahok sudah meminta maaf terkait pernyataannya tentang surat Al Maidah yang dinilai menyinggung umat Islam, dua cendekiawan itu menilai pernyataan itu merugikan Ahok sendiri dalam pertarungan Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang.

Berbicara kepada Antara, Senin (17/10/2016) petang, Ulih Abshar Abdalla mengapresiasi permintaan maaf Ahok dan menilai ucapan Ahok bukan penistaan agama, namun secara politik tidak tepat dan tidak layak karena dapat menimbulkan iritasi pada kelompok tertentu. Pernyataan Ahok itu sensitif di tengah pertarungan untuk memenangkan Pilkada.

"Secara politik juga enggak menguntungkan dia," kata Ulil.

Ulil menilai komunikasi politik Ahok selama ini kurang baik dan kurang pas. Sebagai kepala daerah, ia tidak bisa menjaga diri untuk tidak mengucapkan sesuatu yang menyakiti banyak orang.

"Ini soal komunikasi, pilihan kata, cara menyampaikan," katanya.

Sementara, peneliti LIPI, Siti Zuhro, pada Minggu (16/10/2016) menyarankan Ahok segera mengevaluasi diri dan menjelaskan secara jujur kepada masyarakat alasan dia mengutip Surat Al Maidah ayat 51 dari Al Quran, di hadapan warga Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, bulan lalu.

"Ini akumulasi, ini merupakan hasil investasi dari tutur kata dan perilaku Pak Ahok. Kalau mau, dia harus mengevaluasi diri, mawas diri dan katakan sejujurnya kepada masyarakat," kata Zuhro.

"Jadi ada semacam pernyataan yang bersungguh-sungguh dan murni, bukan keterpaksaan bahwa dia (Ahok) mengakui telah melakukan itu," lanjut dia.

Dia mengatakan, jika Ahok masih ingin dipercaya sebagai sosok petahana yang bersiap maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, maka mantan bupati Belitung Timur itu harus memberikan penjelasan yang rasional kepada masyarakat.

"Kalau dia ingin menjadi petahana yang dalam proses menuju pemilihan berikutnya," lanjut Siti Zuhro, "Dia jelaskan sejujurnya mengapa melakukan dan mengatakan itu sehingga tindakannya dirasa kurang nyaman dan menimbulkan kontroversi."

Baca juga artikel terkait BASUKI TJAHAJA PURNAMA atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Politik
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH