tirto.id - Dua vaksin yang tersedia sejak Desember 2020, Pfizer dan Moderna dinyatakan sangat efektif dalam mencegah COVID-19 hingga 95 persen setelah penyuntikan dosis kedua.
“Ini adalah berita yang sangat meyakinkan,” kata Mark Thompson dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), penulis utama studi tersebut seperti dikutip AP News.
Studi ini adalah penilaian pertama pemerintah Amerika Serikat (AS) tentang bagaimana suntikan telah bekerja di luar eksperimen awal pembuat obat.
Menurut Pemerintah AS, hasilnya terkadang dapat berubah ketika vaksin digunakan dalam populasi yang lebih besar dan lebih beragam di luar penelitian.
Dalam sebuah penelitian terhadap sekitar 4.000 petugas kesehatan, polisi, petugas pemadam kebakaran, dan pekerja penting lainnya, CDC menemukan bahwa vaksin mengurangi risiko infeksi hingga 80 persen setelah satu suntikan.
Mereka diberi alat tes usap hidung dan digunakan setiap minggu untuk memeriksa tanda-tanda infeksi virus corona.
“Basis bukti untuk vaksin COVID-19 (saat ini tersedia) sudah kuat, dan terus meningkat lebih tinggi dengan penelitian seperti ini,” kata David Holtgrave, dekan Universitas di Sekolah Kesehatan Masyarakat Albany.
Studi tersebut melibatkan sekitar 2.500 sukarelawan yang telah menyelesaikan dua dosis vaksin, sekitar 500 orang telah mendapat dosis kesatu dan 1.000 lainnya tidak mendapatkan vaksinasi antara pertengahan Desember hingga pertengahan Maret.
Para peneliti menghitung 205 infeksi, dengan 161 di antaranya dalam kelompok yang tidak divaksinasi.
Dari 44 sisanya, CDC mengatakan 33 di antaranya ada pada orang yang tampaknya terinfeksi dalam dua minggu setelah suntikan. Para ahli mengatakan dibutuhkan dua minggu sebelum dosis memberikan efek penuh.
Hasilnya, tidak ada yang meninggal, dan hanya dua yang dirawat di rumah sakit. Namun, Thompson tidak mengatakan apakah orang yang dirawat di rumah sakit divaksinasi atau tidak.
Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky menyebut temuan studi ini sangatlah menggembirakan.
“Upaya vaksinasi nasional kami berhasil,” katanya dalam jumpa pers Gedung Putih, Senin (29/3/2021) dilansir laman The Washington Post.
Dia menambahkan bahwa lebih dari 93 juta orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan lebih dari 51 juta orang telah divaksinasi penuh.
Peneliti yang berbeda telah mencoba untuk melihat bagaimana vaksin telah bekerja dalam kondisi kehidupan nyata, termasuk pekerjaan yang dilakukan di Israel dan Inggris, dan penelitian di AS terhadap pasien Mayo Clinic.
Berbeda dengan penelitian Mayo yang berfokus pada rawat inap dan kematian, penelitian CDC mencari infeksi apa pun termasuk infeksi yang tidak pernah menimbulkan gejala atau terdeteksi sebelum orang mulai merasa sakit.
Editor: Yantina Debora