tirto.id - Kedua pasangan capres-cawapres bermain aman ketika sesi tanya jawab antar kandidat, Kamis (17/1/2019). Mereka tak menyiapkan pertanyaan lanjutan untuk menyerang lawan dan cenderung mengungkapkan apa yang telah mereka lakukan.
"Yang seharusnya jadi pertanyaan serangan tapi tidak dieksekusi karena tidak ada follow up question," simpul Najwa Shihab dalam acara Catatan Najwa x Tirto.id yang diselenggarakan di kantor Narasi TV, Jakarta.
Menurut Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas Feri Amsari, hal tersebut bisa saja merupakan strategi agar bisa menyampaikan visi-misi lagi.
"Kelemahannya," kata Feri, "lawan jadi tak bisa diserang dan terbongkar kelemahan-kelemahan yang mestinya jadi bagian penting dalam debat ini."
Apa yang Feri maksud terjadi ketika Jokowi bertanya soal komposisi perempuan dalam visi misi Prabowo-Sandi. Jokowi bertanya, kenapa pada visi misi ada perspektif gender tapi kepengurusan Gerindra sekarang didominasi laki-laki.
Prabowo kemudian menjawab, atau lebih tepatnya beralasan, bahwa Gerindra adalah partai baru dan sedang mengupayakan ke arah sana. Tapi bagaimanapun, kata Prabowo, caleg mereka yang perempuan sudah lebih dari 30 persen.
Jokowi menanggapi dengan mengatakan apa yang telah dia lakukan. Kata bekas Wali Kota Solo ini, dia sangat memperhatikan komposisi gender, terbukti dari banyaknya menteri perempuan dalam kabinet.
Hal ini ditanggapi kembali Prabowo dengan mengatakan keberadaan perempuan saja bukan satu-satunya indikator. Percuma jika perempuan tapi tak memperjuangkan kepentingan masyarakat, kata bekas Danjen Kopassus itu.