tirto.id - Merayakan Idulfitri seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW tentu menjadi salah satu hal yang juga ingin dilakukan oleh sebagian umat muslim di dunia.
Perayaan Idulfitri pada masa Rasulullah SAW pernah dijabarkan oleh Imam Ibnu Katsir, di mana dalam sebuah hadis riwayat shahih, Baginda Muhammad SAW pernah merayakan hari pertama Idulfitri dalam kondisi letih, karena masa itu bertepatan pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau usai Perang Badar.
Rasulullah bahkan sampai bersandar pada Bilal bin Rabbah dan menyampaikan khotbahnya.
Saat merayakan Idulfitri kita memang dianjurkan untuk menyambutnya dengan hal-hal positif, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW yang sangat antusias dalam menyambut Idulfitri, namun tentu saja beliau tidak menanggalkan syariat agama atau berlebih-lebihan atas sesuatu.
Tahun ini berdasarkan kalender masehi, 1 Syawal 1443 H atau Hari Raya Idulfitri jatuh pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2022.
Meski demikian, untuk penetapan resminya, kapan lebaran 2022, masih menunggu sidang isbat dari pemerintah.
Penetapan 1 Syawal 1443 Hijriah atau Lebaran 2022 bakal dilaksanakan pada Minggu (1/5/2022) oleh Kementerian Agama (Kemenag) setelah melakukan pemantauan (rukyatul) hilal di 99 titik.
Lalu bagaimana sebenarnya kita perlu merayakan Idulfitri sesuai sunah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW?
Dikutip laman NU Online, berikut ini beberapa cara merayakan Idulfitri seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW:
1. Takbir
Rasulullah SAW saat menyambut Idulfitri, pada malam terakhir Ramadan mengumandangkan takbir untuk mengakui kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman:
وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
....Wa laa yuriidu bikumul 'usra walitukmiluul 'iddata walitukabbirullaaha 'alaa maa hadaakum wa la'allakum tasyukuruun.
Artinya:"....Allah memudahkan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185)
2. Memakai pakaian terbaik
Pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya.
3. Makan sebelum salat Ied
Salah satu hari yang diharamkan berpuasa adalah hari raya Idulfitri. Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa berniat tidak puasa pada saat hari Idul Fitri itu pahalanya seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Nabi Muhammad sebelum pergi melaksanakan salat Idulfitri, biasanya memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh, seperti sabda Rasulullah:
"Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
4. Salat Idulfitri
Rasulullah menunaikan shalat Idul Fitri bersama dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya –baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak.
Saat pulang dari salat, Rasulullah memilih rute jalan yang berbeda dengan rute yang dilewati ketika akan berangkat salat.
Rasulullah juga mengakhirkan pelaksanaan salat Idulfitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter. Tujuannya agar umat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah.
5. Mendatangi tempat keramaian
Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad, Bukhari dan Muslim disebutkan Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah sehingga dia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.
6. Mengunjungi rumah sahabat
Bersilaturahmi dengan sanak keluarga, kerabat dan kolega ketika hari raya Idulfitri memang sudah ada dan diterapkan sejak zaman Rasulullah.
Ketika Idulfitri tiba, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya.
Pada saat kunjung-mengunjungi itu, biasanya Rasulullah dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Sama seperti yang dilakukan umat Islam saat ini. Datang ke tempat sanak famili dengan saling mendoakan.
Editor: Addi M Idhom