Menuju konten utama
23 Februari 1923

Cara Ahmad Dahlan Memuliakan Perempuan

Pendaran misbah.
Sumbu pencerah dalam
titian dakwah.

Cara Ahmad Dahlan Memuliakan Perempuan
Ilustrasi K.H. Ahmad Dahlan. tirto.id/Gery

tirto.id - “Apakah tidak malu jika aurat kalian dilihat oleh kaum lelaki?” tanya Kiai Haji Ahmad Dahlan di hadapan anak-anak perempuan didikan Muhammadiyah pada suatu kali. Yang ditanya menjawab serempak bahwa mereka akan sangat malu apabila itu yang terjadi.

Sang kiai pun berkata, “Jika malu, mengapa ketika kalian sakit lalu pergi ke dokter laki-laki? Apalagi ketika hendak melahirkan anak. Jika kalian memang benar-benar malu, hendaknya terus belajar dan belajar dan jadilah dokter, sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum perempuan.”

Fragmen yang dikutip dari buku Pesan & Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah (2007) karya Abdul Munir Mulkhan itu hanya secuil dari jejak-langkah sang pencerah dalam upayanya untuk memuliakan serta menaikkan harkat dan martabat kaum wanita di Indonesia.

Ahmad Dahlan, sang kiai pendiri Muhammadiyah yang hingga kini masih eksis sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di tanah air, adalah salah satu dari sedikit ulama terkemuka di awal abad ke-20 yang sangat memperhatikan kepentingan perempuan, melalui berbagai daya dan upayanya.

Baca juga: Ahmad Dahlan dan Transformasi Islam

Jauh sebelum isu kesetaraan jender atau feminisme berkembang di tanah air, Ahmad Dahlan sudah bekerja untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang setara dengan pria meskipun dengan tugas yang berbeda (Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, 2010:286).

Salah satu bukti bahwa Ahmad Dahlan tidak menjadikan perbedaan jenis kelamin sebagai masalah terlihat dalam penempatan daftar pendakwah Muhammadiyah yang tidak melulu didominasi oleh kaum lelaki. Boleh dibilang, ini merupakan gebrakan baru pada dekade kedua abad ke-20 itu di mana juru dakwah perempuan masih sangat sedikit jumlahnya.