tirto.id - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang menembus level 3 persen dari PDB atau senilai USD8,0 miliar pada triwulan II/2018, sudah pada level waspada.
Peneliti dari INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan CAD dengan nilai tinggi berpotensi berlanjut ke triwulan selanjutnya.
"Defisit transaksi berjalan berpotensi melebar di kuartal III dan IV, akibat naiknya biaya kebutuhan impor, pembayaran utang jatuh tempo, dan realisasi proyek infrastruktur yang menyedot bahan baku impor," kata Bhima kepada Tirto pada Senin malam (13/8/2018).
Selanjutnya, ia menyebutkan ada beberapa langkah yang perlu diambil pemerintah untuk mengendalikan pembengkakan CAD. Pertama, menekan impor lewat seleksi dan evaluasi proyek-proyek infrastruktur.
"Salah satu kontributor naiknya impor bahan baku dan barang modal mulai dari besi, baja, sampai mesin listrik dari proyek infrastruktur. Proyek yang bisa ditunda adalah pembangkit listrik karena komponen impornya cukup besar. Impor naik permintaan dolar naik," ujar Bhima.
Kedua, mendorong kinerja ekspor melalui insentif perpajakan ke sektor yang kontribusi ke ekspornya besar. Misalnya, sektor perkebunan, tambang, serta industri manufaktur dari produksi alas kaki dan tekstil.
"Bentuknya bisa tax holiday atau tax allowances. Aturan teknis soal ini harapannya keluar paling lambat akhir bulan Agustus," kata Bhima.
Ketiga, menarik pulang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dengan model insentif dan disinsentif. Bagi eksportir yang menahan DHE lebih dari tiga bulan diberi bonus dengan pengurangan pajak deposito.
Sebaliknya, bagi eksportir yang menahan DHE kurang dari 3 bulan dikenakan pajak yang tinggi. Tujuannya agar eksportir mengkonversi lebih dari 50 persen pendapatan ekspornya ke rupiah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui angka 3 persen untuk CAD itu cukup besar bagi Indonesia sepanjang sejarah perekonomian.
"Tiga persen itu angka yang bukan hanya secara internasional, tapi kita sendiri itu jarang sekali sampai ke tingkat itu," ujar Darmin di Jakarta pada Senin (13/8/2018).
Untuk itu, ia menyatakan pemerintah agar menyiapkan langkah-langkah untuk segera membuat CAD turun ke bawah. Hal pertama, kata Darmin, harus diperhatikan defisit transaksi perdagangan. Kedua, transaksi berjalan untuk perdagangan jasa, termasuk profit dari investasi dan sebagainya.
"Hal berjalan itu lebih luas dan lebih susah karena itu menyangkut barang-jasa, balas jasa, misal dari saham, dari obligasi asing yang beli di sini. Nah, itu dia semua yang buat defisit, sehingga kebijakan yang harus dibuat harus lebih banyak kemungkinannya kalau urusan transaksi berjalan," kata Darmin.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari