Menuju konten utama

Cacing Sonari, Raksasa yang Jadi Sumber Obat

Cacing sonari atau cacing kalung banyak diburu oleh manusia karena dipercaya ampuh mengobati berbagai penyakit. Beberapa riset menunjukkan, salah satu jenis cacing tanah ini memang memiliki zat-zat yang berguna bagi dunia medis.

Cacing Sonari, Raksasa yang Jadi Sumber Obat
Cacing Sonari. FOTO/Istimewa

tirto.id - Didin, warga Cianjur harus berurusan dengan aparat kepolisian. Ia yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang asongan di sekitar Kebun Raya Bogor kedapatan mengambil cacing sonari di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP), Jawa Barat. Cacing sonari salah satu penghuni kawasan TNGGP yang juga dapat ditemui di banyak wilayah Indonesia. UU Kehutanan melarang pengambilan satwa di Taman Nasional.

Cacing ini sering disebut cacing raksasa, karena ukurannya yang tak biasa, bisa mencapai panjang puluhan centimeter atau lebih. Cacing Sonari dipercaya punya banyak khasiat menyembuhkan penyakit. Inilah yang mendorong Didin mencari cacing sonari untuk pesanan keperluan obat. Cacing ini juga laris sebagai komoditas ekspor ke Jepang.

Cacing Sonari/sondari atau juga cacing bernyanyi (Pheretima musica) termasuk dalam jenis cacing tanah dalam genus Pheretima. Hari Nugroho, dalam A Taxonomical Review on Pheretimoid Earthworms pada jurnal biologi LIPImenuliskan bahwa sebanyak 162 jenis cacing tanah Pheretimoid tercatat dari kawasan kepulauan Indonesia dan dikelompokkan ke dalam Sembilan genus: Amynthas, Archipheretima, Metaphire, Metapheretima, Pheretima, Pithemera, Planapheretima, Pleionogaster dan Polypheretima.

Dalam bidang medis, cacing tanah telah dikenal selama berabad-abad. Cacing tanah secara tradisional telah diaplikasikan di bidang pengobatan di kebanyakan negara di Asia. Di Cina, cacing tanah banyak digunakan dalam obat herbal Cina karena kandungan nutrisinya yang kaya. Invertebrate Survival Journal menuliskan bahwa ekstrak cacing tanah mengandung keragaman asam amino yang merupakan bahan baku protein dan enzim yang berfungsi penting dalam metabolisme tubuh manusia.

Dalam tubuh cacing tanah juga mengandung peroksidase, katalase, ligase, dan selulase yang bermanfaat pada pengobatan. Cacing tanah juga mengandung asam arachidonat yang dikenal dapat menurunkan panas tubuh yang disebabkan oleh infeksi.

Infografik Cacing Sonari

Begitu halnya dengan cacing sonari, yang juga mengandung beberapa senyawa aktif seperti enzim lysozyme yang dapat mengobati sakit tifus. Zat tersebut akan menghambat pertumbuhan bakteri tifus dalam tubuh manusia.

Grdisa, seorang peneliti dari Fakultas Agrikultur Universitas Zagreb, Kroasia menuliskan bahwa dalam ekstrak cacing tanah terkandung antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker. Bahkan di beberapa negara, cacing tanah digunakan sebagai bagian dari makanan sehat karena sumber protein yang tinggi.

Fungsi sebagai antioksidan tersebut, menurut Lakshmi Prabha dalam International Journal of Current Science karena cacing tanah memiliki kandungan polifenol yang tinggi. Ia juga menyebutkan bahwa ekstrak cacing tanah mentah mempunyai efek trombolitik yang secara signifikan meningkatkan proses sirkulasi darah.

Yu Shen, yang juga meneliti cacing tanah, dalam International Oligochaeta Taxonomy Meeting menuliskan tentang cara penggunaan cacing tanah sebagai obat. Dia menyebutkan tiga cara yang berbeda dalam pembuatan ektrak cacing tanah tersebut, yaitu penggilingan cacing tanah yang sudah kering, dibuat rebusan, atau dengan pembakaran. Untuk ekstrak cacing kering, dosis yang ia sarankan adalah sebanyak 9-18 gram, sedangkan untuk cacing segar, dosisnya antara 15-30 gram.

Produk cacing sonari dijual umum, di toko online misalnya, harganya bisa Rp40.000 per 300 gram. Dengan ragam manfaat cacing sonari, Didin dan para pencari cacing sonari lainnya nampaknya harus berpikir untuk membudidayakan cacing ini tanpa harus mengambil di alam liar karena diatur oleh undang-undang kehutanan demi kelestarian mereka di alam.

Baca juga artikel terkait OBAT atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra