tirto.id - Jika bukan karena Kurnia Meiga, entah berapa gol yang masuk ke gawang Timnas Indonesia di laga final kedua Piala AFF 2016 melawan tuan rumah Thailand beberapa waktu lalu. Kiper Arema Cronus ini memang tampil luar biasa di partai puncak meskipun Indonesia akhirnya gagal membawa pulang trofi juara ke tanah air.
Tercatat, Thailand melepaskan 10 upaya dengan 6 tembakan yang tepat mengarah ke gawang Indonesia sepanjang 2 x 45 menit di laga pamungkas itu. Kurnia Meiga setidaknya melakukan 4 penyelamatan penting untuk menggagalkan peluang matang pasukan asuhan Kiatisuk Senamuang.
Yang paling epik tentu saja ketika ia sukses menghadang penalti Teerasil Dangda pada menit 81. Saat itu, Indonesia sudah tertinggal 2-0, dan yang dihadapi Meiga adalah sosok predator yang akhirnya dinobatkan sebagai top skor turnamen ini, Teerasil Dangda. Dengan percaya diri, ia berhasil membuat Dangda tak berdaya.
Sayang seribu sayang, aksi heroik anak Jakarta yang sudah menjadi setengah arek Malang ini tidak diimbangi dengan gol balasan dari tim Garuda yang akhirnya harus menyerah dari tuan rumah. Indonesia kembali gagal di final, Thailand juara lagi, kedua-duanya untuk yang kelima kalinya.
Moment Heroik yang Disia-siakan
Sebelum laga puncak Piala AFF 2016, skuad Timnas Indonesia selalu menunjukkan semangat berlipat ganda hingga pertandingan usai, bahkan saat tertinggal. Tapi, militansi itu justru tidak terlihat di partai puncak. Spirit Bayu Pradana dan kawan-kawan bahkan tampak mengendur saat dituntut untuk mencetak 1 gol balasan saja demi memperpanjang asa juara.
Keberhasilan Meiga memblok penalti Teerasil Dangda seharusnya dapat dijadikan moment yang tepat bagi skuad Garuda untuk bangkit. Waktu yang hanya tersisa 9 menit plus injury time akan menjadi sangat lama bagi Thailand jika para pemain Indonesia mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menggeber serangan frontal. Kalau perlu, pakai gaya Perang Puputan seperti yang diterapkan Vietnam di laga semifinal leg kedua.
Apabila Indonesia bisa membalas 1 gol di sisa waktu tersebut, boleh jadi skor akhir pertandingan akan lain, dan tentunya jika gol balasan itu terjadi, peluang tim Merah-Putih untuk menorehkan sejarah dengan menjuarai Piala AFF untuk yang pertamakalinya bisa saja terwujud. Tapi, ternyata tidak.
Entah karena stamina yang sudah terkuras atau memang pasrah, skuad besutan Alfred Riedl justru terlalu lama bermain dengan bola di daerahnya sendiri ketika butuh mencetak gol secepat mungkin. Lelaku kontra-produktif Abduh Lestaluhu di ujung laga yang berbuntut kartu merah kian menambah kesan bahwa Indonesia memang sudah puas menjadi yang kedua untuk yang kelimakalinya.
Dari Banjir Kritik Jadi yang Terbaik
Berbeda dengan final leg pertama yang berlangsung dengan gegap-gempita, nyaris tak ada pemain Indonesia yang tampil menonjol di Rajamangala, kecuali ya Kurnia Meiga. Selain sejumlah aksi gemilang, termasuk penggagalan penalti Dangda, dua gol Siroch Chatthong yang menjebol gawangnya lebih disebabkan karena kelengahan lini belakang.
Dihimpit kedigdayaan Thailand yang memborong tiga gelar paling bergengsi di Piala AFF 2016, dari juara, pencetak gol terbanyak, hingga pemain terbaik, Meiga setidaknya menyumbangkan sedikit kebanggaan untuk sepakbola Indonesia. Ia adalah penjaga gawang dengan penyelamatan terbanyak di sepanjang digelarnya ajang paling bergengsi di Asia Tenggara itu.
Tampil penuh di seluruh pertandingan Piala AFF 2016, Meiga mengoleksi 22 penyelamatan, 19 tangkapan, dan menghadapi 35 tembakan dari lawan-lawan Indonesia dalam 7 laga, dari babak penyisihan grup sampai partai puncak. Dengan catatan menawan itu, ia dinobatkan sebagai kiper terbaik Piala AFF 2016 oleh salah satu media olahraga terkemuka internasional.
Karakter Meiga yang terkesan slengekan tapi bernyali besar justru menjadi sisi positif bagi dirinya. Bak batu karang, mental kiper 26 tahun ini tak mudah terpental hanya karena cercaan. "Saya berhasil menemukan diri saya kembali dengan mengapresiasi setiap kritikan dan cibiran sebagai motivasi yang utuh, tidak setengah-setengah," tandasnya.
Adik kandung mantan kiper nasional, Achmad Kurniawan, ini memang sempat kesulitan di awal Piala AFF 2016 karena ia absen di sejumlah laga ujicoba karena cedera. Setelah pulih, Riedl langsung mendapuknya sebagai kiper utama, menyisihkan Andritany Ardhiyasa yang dinilai tampil lebih konsisten.
Dalam 7 laga, Meiga memang tidak pernah mencatatkan clean sheet dan justru 13 kali kebobolan. Ini tentunya bukan capaian bagus untuk seorang penjaga gawang. Gelombang caci-maki pun sempat membanjir meskipun Riedl tetap percaya penuh terhadapnya. Dan Meiga pun memberi bukti dengan menunjukkan peningkatan performa yang meyakinkan.
Tetap Pantas Jadi Kiper Utama Timnas?
Setelah gawangnya jebol 4 kali di laga pembuka melawan Thailand, Kurnia Meiga mulai unjuk gigi saat Indonesia diimbangi tuan rumah Filipina 2-2 pertandingan kedua dengan melakukan 6 penyelamatan. Di duel penentuan kontra Singapura, ia mencatatkan 3 saves dan turut membawa Indonesia menang 2-1 sehingga lolos ke semifinal.
Dua kali pertandingan semifinal menghadapi Vietnam yang terkenal dengan daya gempurnya yang super dahsyat, penampilan Meiga semakin cemerlang. Le Cong Vinh dan kawan-kawan dibuat mati kutu karena kiper yang pernah meraih gelar pemain terbaik Indonesia Super League (ISL) 2009/2010 ini melakukan 7 penyelamatan krusial.
Dan di dua duel pungkasan melawan Thailand, yang semuanya didominasi oleh sang juara bertahan, Meiga lagi-lagi tampil sebagai pahlawan dengan mencatatkan 6 kali penyelamatan dan mengantarkan Indonesia menang 2-1 di laga kandang meskipun akhirnya gagal juara karena kalah 0-2 di Rajamangala.
Dengan aksi penyelamatan yang ditorehkannya sepanjang Piala AFF 2016 itu, terlepas dari 13 gol yang bersarang ke gawangnya, apakah Kurnia Meiga tetap layak mengawal gawang Timnas Indonesia?
Keyakinan Riedl yang tetap keukeuh mempercayakan posisi kiper utama menjadi bukti bahwa si anak bengal ini memang sudah ditakdirkan sebagai pengawal gawang Garuda yang diembannya sejak usia 20 tahun dan menyisihkan jajaran kiper senior macam Markus Horison, Jendri Pitoy, Dian Agus Prasetyo, hingga I Made Wirawan.
Namun, Kurnia Meiga harus hati-hati karena Indonesia masih punya seabek penjaga gawang mumpuni di level nasional yang seumuran atau lebih junior, sebut saja Andritany Ardhiyasa, Teja Paku Alam, Teguh Amiruddin, bahkan Ravi Murdianto.
Jika sering tidak konsisten, bukan mustahil karma serupa akan berlaku kepadanya. Kurnia Meiga bisa saja kehilangan tempat di timnas lantaran cukup banyak kiper muda yang mengincar posisi sebagai penjaga gawang utama tim Garuda.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS