tirto.id - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB. Menurut keterangan dokter, pemicu Buya Syafii meninggal karena henti jantung.
"Pagi tadi henti jantung, kemudian dilakukan resusitasi jantung dan paru-paru selama 1 jam," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS PKU Gamping, Evita Devi Noor Rahmawati dilansir dari Antara.
Setelah dilakukan resusitasi, kata dia, jantung cendekiawan Muslim itu sempat berdenyut kembali. "Karena sumbatan berat, henti jantung kembali terjadi 40 menit, kemudian di ruang ICCU penanganan kembali. Pertolongan terakhir tidak bisa kembali seperti awal sehingga kami nyatakan meninggal dunia," jelas Evita.
Dikatakan pula bahwa Syafii Maarif sempat dirawat di RS PKU Gamping saat alami serangan jantung pertama pada bulan Maret 2022. Kemudian ia dirawat kembali pada 14 Mei 2022 setelah alami serangan jantung kedua.
Sejak saat itu, kata dia, tim dokter dari RS PKU Muhammadiyah dan tim medis kepresidenan berkoordinasi mengupayakan kateterisasi jantung Buya Syafii.
"Ternyata hasilnya memang pembuluh darah jantungnya ini sudah sulit, sumbatannya terlalu banyak, terlalu keras dan memang sudah sulit untuk pemasangan ring ataupun suatu operasi bypass," ungkap Evita.
Ia melanjutkan, "Kami dari tim medis, dokter jantung, dan tim dokpres pun sudah ke sini sendiri dan melihat sendiri. Kami memutuskan untuk pengobatan yang optimal terlebih dahulu."
Pengobatan intensif tersebut, menurut Evita, membuahkan hasil positif. Pada saat itu kondisi Buya Syafii mulai stabil dan alat bantu pernapasan mulai dilepas. "Fisioterapi, bahkan kami sudah merencanakan beliau untuk dipulangkan sebetulnya," imbuh Evita.
Meski demikian, pada Kamis 25 Mei 2022 malam Buya Syafii mengeluhkan sesak napas. Hasil evaluasi tim medis, pasien mengalami serangan jantung ulang dan melakukan penanganan sesuai dengan prosedur standar.
"Semalaman sudah mengeluhkan, merasa tidak nyaman. Namun, ternyata tadi pagi beliau mengalami henti jantung," pungkasnya.
Editor: Fahreza Rizky