Menuju konten utama

Buruknya Mitigasi Bencana Kemenhub Menjadi Sorotan

Rentetan kecelakaan kapal dan kebakaran di kantor kementerian dinilai sebagai bukti bahwa mitigasi bencana Kemenhub lemah.

Buruknya Mitigasi Bencana Kemenhub Menjadi Sorotan
Asap mengepul saat kebakaran melanda gedung Kementerian Perhubungan di Jakarta, Minggu (8/7). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

tirto.id - Mitigasi bencana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali menjadi sorotan usai rentetan kecelakaan yang terjadi dalam seminggu terakhir. Setelah KM Lestari Maju tenggelam dan puluhan orang meninggal pada Selasa (3/7/2018) lalu, dua kecelakaan lain menyusul: kebakaran di gedung Kemenhub, Jakarta dan Pelabuhan Benoa, Bali.

Kebakaran yang terjadi di kantor kementerian yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Minggu dini hari itu, menyebabkan tiga orang meninggal. Sementara, kebakaran yang terjadi di Pelabuhan Benoa, Bali, Senin (9/7/2018) sekitar pukul 02.00 WITA dini hari, mengakibatkan setidaknya 39 kapal terbakar.

Hal tersebut menunjukkan mitigasi bencana, baik di dalam dan luar Kemenhub itu sendiri mengalami kekurangan. Pengamat pelayaran dari lembaga Nasional Maritime Institute, Siswanto Rusdi berpendapat bahwa mitigasi bencana laut sangatlah kurang.

“Bukan cenderung. Kalau cenderung, kan, masih ada yang baik. Ini sudah sangat kurang,” kata Siswanto kepada Tirto, Senin (9/7/2018).

Menurut Siswanto, Kemenhub telah gagal dalam menciptakan budaya keselamatan. Dalam ranahnya sendiri saja, kata dia, banyak kecelakaan yang terjadi dalam sebulan belakangan.

Siswanto mencontohkan kegagalan mitigas bencana Kemenhub adalah soal terbakarnya 39 kapal di Pelabuhan Benoa, Bali. Siswanto menilai, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi sebagai nakhoda di kementerian telah mengabaikan keselamatan di laut.

Salah satu yang menjadi faktor tersebut, kata Siswanto, adalah minimnya kapal pemadam kebakaran di laut yang tidak diperhatikan oleh Kemenhub. Apabila ada banyak kapal untuk memadamkan api, maka tentu tidak mungkin sampai 39 kapal terbakar.

“Kita penanganan kebakarannya enggak jelas. Kapal itu, kan, kalau kebakaran dipadamkan dari laut bukan dari darat,” kata Siswanto menambahkan.

Siswanto menganggap hal tersebut sebagai kegagalan Budi Karya dalam hal penanganan keselamatan. Kepemimpinan Budi Karya dianggap sudah tidak cocok dan seharusnya ia melepas jabatannya tersebut.

“Kalau menurut saya, Pak Budi sudah kehilangan basis moral terus menerus. Kalau saya bilang sih mundur saja. Apalagi yang mau diharap dari Pak Budi?" kata Siswanto mengkiritik.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Baitul Ihwan belum mau komentar banyak soal kebakaran yang terjadi di Pelabuhan Benoa, Bali. Alasannya, kejadian tersebut masih dalam penyidikan dan di luar tanggung jawab Kemenhub.

“Itu adalah pelabuhan perikanan yang di luar daripada pelabuhan ataupun kewenangan transportasi secara nasional,” kata Baitul saat ditanya soal kebakaran di pelabuhan yang mengakibatkan 39 kapal terbakar.

Bagaimana dengan Kebakaran di Kantor Kemenhub?

Dalam hal kebakaran yang terjadi di Kemenhub, Ketua Komisi V DPR RI, Fary Djemi Francis menegaskan, menjadi catatan penting agar Kemenhub tidak mengabaikan sistem antikebakaran.

Fary mengkhawatirkan sistem protab (prosedur tetap) pengamanan gedung tidak sesuai dengan yang seharusnya dan hal itu mesti dikaji lebih lanjut. Padahal seharusnya sistem keamanan gedung bisa menjamin keselamatan pekerjanya.

“Prinsipnya gedung kantor sebagai tempat bekerja harus memberikan rasa aman dan nyaman kepada setiap penghuninya. Semoga kejadian ini menjadi titik awal pembenahan sistem keamanan dan kenyamanan di kantor-kantor pemerintah kita,” kata Fary melalui pernyataan tertulisnya.

Menanggapi kritik tersebut,Baitul Ihwan menegaskan, pihaknya sedang melakukan evaluasi terhadap peristiwa yang terjadi. Ia mengklaim standar operasional prosedur (SOP) selama ini sebenarnya sudah berjalan dengan baik.

Meski tak merinci intensitasnya, Baitul menyatakan bahwa pelatihan evakuasi bencana alam sudah dilakukan. Ia mengaku, hal tersebut merupakan musibah dan tak bisa melakukan apa-apa.

“Ini bagian dari suatu tragedi, musibah yang tidak bisa kami prediksi. Untuk sementara kami tidak bisa menjelaskan secara detail karena masih dalam evaluasi dari pihak berwajib,” kata Baitul.

Baitul menambahkan “Kami katakan bahwa gedung ini telah didesain secara baik dan benar, walaupun sudah cukup tua ya.”

Infografik CI Mitigasi Bencana

Soal alarm kebakaran yang tidak menyala, Baitul menyalahkan bahwa yang terdeteksi alarm adalah api. Pada saat adanya dugaan kebakaran di gedung Kemenhub, asap yang membumbung tidak memicu alarm.

"Memang hanya asap sehingga tidak memunculkan secara teknis, fire sprinkle tidak bersuara karena tidak memunculkan panas. Jadi tidak muncul karena yang keluar hanya asap. Tapi secara menyeluruh ini sedang kami lakukan evaluasi,” kata dia.

Baitul mengklaim saat kebakaran di kantor kementerian, memang tidak ada api, tetapi ada percikan dari listrik yang membakar kabel dan mengeluarkan asap. Dalam foto yang beredar dan korban meninggal, diketahui memang tak ada kebakaran. Korban meninggal diduga karena menghirup asap terlalu banyak.

“Jadi itu suatu musibah di luar dugaan. Ya, sebagian besar juga pegawai. Jadi yang selamat itu sebenarnya mereka tetap di ruangan, mereka buka jendela, aman,” kata dia.

Ia menambahkan “Analisa sementara walaupun ini masih penyelidikan. Mereka kaget, bangun tidur, kaget listrik mati. Mereka berusaha untuk keluar, turun. Nah, semakin turun, semakin ke bawah asap itu, kan, semakin tebal. Jadi itu yang mungkin penyebab yang meninggal.”

Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat, Hardisiswan mengatakan bahwa sprinkle sebenarnya tak aktif karena mereka mempunyai sensor panas. Jika hanya asap, sprinkle kemungkinan memang tak menyala.

"Kan di ujung sprinkle itu ada sensornya. Ketika sampai pada suhu tertentu, dia pecah dan mengeluarkan air,” kata Hardi kepada Tirto.

Sedangkan untuk alarm kebakaran yang terpasang di gedung, beberapa memang memiliki sensor terhadap asap, tetapi juga ada yang hanya memiliki sensor pada api. Apabila sensor tersebut tak menyala, Hardi menduga hal itu karena ruang kontrol mengalami kerusakan.

"Mungkin karena percikan itu terjadi di ruang kontrol. Tapi setahu saya, kan, tidak ada kebakaran. Ya mungkin sistemnya yang rusak karena percikan itu," kata dia menambahkan.

Baca juga artikel terkait MITIGASI BENCANA atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz