Menuju konten utama

Bunuh Diri Live di FB, Indonesia Darurat Kesehatan Mental

Jutaan orang mengalami depresi di Indonesia, namun tenaga psikolog saat ini masih kurang.

Bunuh Diri Live di FB, Indonesia Darurat Kesehatan Mental
Ilustrasi bunuh diri. FOTO/Istock

tirto.id - Kejadian bunuh diri seorang pria di Jakagakarsa, Jakarta Selatan pada Jumat (17/3/2017) menunjukkan Indonesia darurat kesehatan mental.

Dari pengakuan pelaku yang juga disampaikan melalui video live Facebook, ia mengaku sedang sakit hati karena ditinggalkan oleh sang istri yang telah dinikahinya selama 13 tahun. Dengan ditinggalkan oleh istrinya, pria tersebut mengaku bimbang. Akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Meskipun ia sendiri mengaku takut melakukannya.

Dengan disiarkan secara langsung melalui Facebook, pria itu berharap video itu bisa menjadi kenang-kenangan buat istrinya. Video itu sempat ditonton ribuan orang sebelum dihapus oleh Facebook.

Tidak hanya pria itu saja yang mengalami depresi di Indonesia. Dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan mencapai sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang.

Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Namun saat ini Indonesia, dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa, baru memiliki sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32 per 100.000 orang), dan perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 orang). Sementara WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 orang.

Penelusuran tim Tirto beberapa bulan lalu, biaya perawatan untuk kesehatan jiwa tanpa BPJS memang mahal. Seorang pasien bisa dikenai biaya Rp. 370.000 untuk satu kali sesi pertemuan di Sanatorium Darmawangsa, sementara untuk obat bisa mencapai Rp980.000. Sesi pertemuan di Darmawangsa bisa dua kali dalam sebulan.

Pengobatan dan perawatan bagi penderita gangguan kesehatan jiwa di Indonesia memang masih belum maksimal. Hal ini pernah di sampaikan Eka Viora SpKJ, Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, dalam workshop Penguatan Peran dan Kurikulum Psikolog di University Center UGM tahun lalu. Menurutnya kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 90 persen. Artinya, kurang dari 10 persen penderita gangguan jiwa yang mendapatkan layanan terapi oleh petugas kesehatan. Kebanyakan justru berobat ke tenaga non-medis seperti dukun maupun kiai.

==================

Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdikusi dengan pihak terkait, seperti psikolog atau psikiater maupun klinik kesehatan jiwa. Salah satu yang bisa dihubungi adalah Into the Light Id yang dapat memberikan rujukan ke profesional terdekat (bukan psikoterapi/ layanan psikofarmaka) di intothelight.email@gmail.com.

Baca juga artikel terkait BUNUH DIRI atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH