tirto.id - Badan sepak bola dunia FIFA tengah mendapat sorotan pada Senin (26/9/2016) karena telah membubarkan satuan tugas (satgas) antirasisme mereka. Dilansir dari The Guardian, FIFA telah menginformasikan kepada anggota satgas dengan mengatakan bahwa pihaknya membubarkan dan tidak mengoperasikan lagi satgas itu karena sudah memenuhi misinya.
Kabar perihal pembubaran satgas antirasisme itu telah dikonfirmasi Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura, ketika ia berbicara pada konferensi Soccerez di Manchester, sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (27/9/2016). Ia mengatakan gugus tugas itu memiliki mandat spesifik yang sudah diselesaikan.
"Satuan tugas yang memiliki mandat khusus itu sudah dipenuhi.Kami akan membelokkan pekerjaan itu menuju program yang berkaitan dengan kebijakan nol toleransi terhadap diskriminasi dalam semua bentuk, termasuk kekerasan terhadap hak-hak asasi manusia," jelas Samoura.
Bagaimanapun, menurut mantan kandidat Presiden FIFA Pangeran Ali bin Al Hussein asal Jordania, adanya satgas antirasisme itu tidak pernah benar-benar menghasilkan dukungan nyata. Perannya, lanjut Pangeran Ali, hanya membentuk citra FIFA daripada benar-benar menangani masalah. “Bahkan panitia satgas ini tidak pernah bertemu,” imbuhnya.
Keputusan pembubaran itu, menurut Pangeran Ali, dianggap sangat mengkhawatirkan dan memalukan. Sebabnya, masih begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan FIFA. “Tidak pernah ada kebutuhan untuk memerangi diskriminasi rasisme dan rasial yang lebih jelas daripada dunia yang kita huni saat ini," kata Pangeran Ali dalam pernyataannya.
Kabar penghapusan satgas antirasisme FIFA terkuak pada Jumat (24/9/2016) ketika Osasu Obayiuwana, penyiar sekaligus pengacara asal Nigeria yang merupakan anggota panel, mempublikasikan surat yang ia terima dari FIFA yang mengumumkan akhir dari gugus tugas melalui Twitter. Di situ tertulis bahwa gugus tugas telah mencapai tujuan-tujuan yang dicanangkan untuk itu ketika dibentuk di bawah kepemimpinan mantan presiden FIFA Sepp Blatter pada 2013.
Ketua satgas yang asli, Jeffrey Webb, merupakan salah satu dari sebagian pejabat sepak bola papan atas yang ditangkap di Zurich pada Mei tahun lalu. Webb telah dinyatakan bersalah di AS karena pelanggaran-pelanggaran terkait penyuapan, penipuan, dan pencucian uang. Ia adalah salah satu dari 42 pejabat dan entitas sepak bola yang ditangkap pada tahun lalu, yang menjebloskan FIFA ke dalam krisis terburuknya.
Grup antirasisme Kick It Out asal Britania mengatakan pihaknya bingung dengan keputusan FIFA, khususnya ketika keputusan ini terjadi kurang dari dua tahun sebelum Piala Dunia di Rusia, negara yang dikatakan oleh mereka "terkenal jahat untuk rasisme dan aktivitas-aktivitas melecehkan kepada kaum minoritas."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari