tirto.id - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatat perolehan laba bersih senilai Rp3,02 triliun di sepanjang 2017. Capaian tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 15,59 persen secara year-on-year. Laba bersih yang dikantongi BTN pada 2016 lalu hanya Rp2,61 triliun.
Laba bersih BTN pada 2017 ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan seebsar 21,01 persen (year-on-year), yakni dari Rp164,44 triliun pada 2016 menjadi Rp198,99 triliun pada 2017.
“Dengan berbagai transformasi dan inovasi dalam rangka mendukung Program Satu Juta Rumah, BTN sukses mencetak laba bersih senilai Rp3,02 triliun dan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 21,01 persen di atas rata-rata industri perbankan nasional,” ujar Direktur Utama BTN Maryono seperti dikutip dari rilis yang diterima Tirto pada Selasa (13/2/2018).
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) per Desember 2017, kredit perbankan nasional memang hanya tumbuh di level 8,2 persen secara year-on-year.
Sementara BTN memang dikenal sebagai bank penyalur kredit Program Satu Juta Rumah milik pemerintah. Oleh karena itu, kredit perumahan masih mendominasi komposisi pinjaman BTN pada 2017, yakni mencapai 90,07 persen dari total pinjaman yang disalurkan perseroan.
Kredit perumahan yang disalurkan per Desember 2017 pun mengalami kenaikan 21,14 persen (year-on-year) dari Rp147,94 triliun menjadi Rp179,22 triliun.
BTN Klaim Kuasai 36,3 Persen Pasar KPR
Sementara itu pada segmen kredit perumahan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terkerek naik sebesar 23,26 persen (year-on-year) menjadi Rp144,58 triliun. Kenaikan tersebut juga melebihi rata-rata industri perbankan nasional, yakni 11,4 persen.
“BTN tercatat masih menguasai pasar KPR di Indonesia dengan pangsa sebesar 36,3 persen. Kemudian di segmen KPR Subsidi, BTN menjadi pemimpin pasar dengan pangsa sebesar 95,42 persen,” tulis Corporate Secretary Agus Susanto dalam keterangan resmi tersebut.
Maryono menyebutkan laju pertumbuhan yang dialami KPR Subsidi tergolong yang tertinggi, yakni sebesar 32,45 persen (year-on-year), menjadi Rp75,27 triliun pada penghujung 2017. Meski peningkatannya tak setinggi KPR Subsidi, untuk KPR Non-Subsidi juga naik 14,62 persen menjadi Rp69,3 triliun di Desember 2017.
“Kredit non-perumahan juga terpantau naik sebesar 19,78 persen menjadi Rp19,76 triliun dengan ditopang peningkatan kredit konsumer sebesar 1,59 persen menjadi Rp4,81 triliun dan kredit komersial sebesar 27,12 persen menjadi 14,95 triliun,” kata Agus lagi.
Adapun kualitas kredit BTN juga dinilai mengalami perbaikan, yang mana itu tercermin melalui rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari yang tadinya 1,85 persen di 2016 menjadi 1,66 persen pada tahun lalu. Untuk NPL Gross perseroan pun tercatat sebesar 2,66 persen.
“Penyaluran kredit turut meningkatkan aset BTN sebesar 22,04 persen dari Rp214,16 triliun (pada 2016) menjadi Rp261,36 triliun,” ujar Agus.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom