Menuju konten utama

BPS: Tingkat Optimisme Pelaku Bisnis Turun di Triwulan I

“Meskipun optimisme pelaku bisnis di Indonesia pada triwulan I lebih rendah dibandingkan kondisi pada triwulan IV 2016, namun secara umum kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya,” kata Ketua BPS Suhariyanto.

BPS: Tingkat Optimisme Pelaku Bisnis Turun di Triwulan I
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto (kiri) berbincang dengan Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat peresmian situs Flobamora Satu Data yang dimiliki BPS NTT di Kupang, NTT, Kamis (17/11). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat optimisme pelaku bisnis menurun pada triwulan I di tahun 2017. Berdasarkan hasil Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan BPS dengan Bank Indonesia, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan I 2017 adalah sebesar 103,42. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan nilai ITB pada triwulan IV 2016 yang mencapai 106,70.

“Meskipun optimisme pelaku bisnis di Indonesia pada triwulan I lebih rendah dibandingkan kondisi pada triwulan IV 2016, namun secara umum kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya,” kata Ketua BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jumat (5/5/2017).

Meningkatnya kondisi bisnis tersebut didorong oleh faktor peningkatan 12 kategori lapangan usaha. Adapun peningkatan kondisi bisnis tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi, dengan nilai ITB sebesar 127,31. Sedangkan untuk kategori lapangan usaha yang mengalami tekanan kondisi bisnis terbesar adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang meraih nilai ITB sebesar 92,00.

“Di samping itu, ada empat kategori yang mengalami penurunan dan satu kategori yang relatif stagnan,” ungkap Suhariyanto.

Lebih lanjut Suhariyanto menjelaskan, peningkatan kondisi bisnis tersebut disebabkan oleh capaian tiga komponen pembentuknya. Masing-masing komponen tersebut adalah penggunaan kapasitas produksi/usaha dengan capaian nilai indeks sebesar 104,60, pendapatan usaha dengan capaian nilai indeks sebesar 104,54, dan rata-rata jumlah jam kerja dengan capaian nilai indeks sebesar 101,13.

Suhariyanto sendiri turut menyebutkan prediksi nilai ITB pada triwulan II 2017. Adapun besaran angkanya diprediksi mencapai 104,22 dengan tingkat optimisme yang meningkat dan kondisi bisnis yang lebih baik.

Tak hanya memaparkan ITB, dalam kesempatan yang sama Suhariyanto juga menjelaskan tentang Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Apabila ITB merupakan indikator perkembangan ekonomi usaha terkini, ITK menggambarkan kondisi ekonomi konsumen.

Menurut catatan BPS, ITK pada triwulan I 2017 adalah sebesar 102,27 dengan kondisi ekonomi konsumen yang meningkat dan tingkat optimisme konsumen yang relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

“Kondisi ini didorong peningkatan volume konsumsi rumah tangga dengan nilai indeks 107,75. Daya beli konsumen yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi terhadap pengeluaran rumah tangga menunjukkan bahwa inflasi selama triwulan I 2017 tidak terlalu berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga, yakni indeksnya sebesar 101,60,” jelas Suhariyanto.

Adapun peningkatan kondisi ekonomi konsumen di tingkat regional terjadi di 18 provinsi di Indonesia, dimana sembilan provinsi di antaranya memiliki indeks di atas nasional. Provinsi Banten mencatatkan nilai ITK tertinggi sebesar 108,42, sedangkan Provinsi Sulawesi Utara memiliki nilai ITK terendah, yakni sebesar 100,33.

Baca juga artikel terkait SURVEI EKONOMI BPS atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto