tirto.id - Suryamin selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, meningkatnya konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 yang tumbuh hingga 5,18 persen (yoy).
"Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat terutama pada kelompok hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga," kata Suryamin di Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Lebih lanjut ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga itu didukung oleh pemberian gaji 13 dan 14 oleh pemerintah yang dimanfaatkan pada perayaan Lebaran serta sebagai persiapan dalam menghadapi tahun ajaran baru.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2016 juga mendapatkan kontribusi dari konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) karena adanya kegiatan berskala nasional seperti Mukernas, Rakernas serta Kongres berbagai partai politik maupun organisasi masyarakat.
Kemudian, Suryamin memastikan adanya peningkatan signifikan dari konsumsi pemerintah karena tingginya realisasi belanja pegawai maupun barang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Ini merupakan hasil dari penggenjotan belanja pemerintah seperti instruksi dari Presiden sehingga hasil resapan secara efektif mulai terlihat," katanya.
Ia menambahkan sektor investasi juga memberikan kontribusi dalam ekonomi pada triwulan II-2016 yang didukung peningkatan belanja modal untuk konstruksi serta pertumbuhan barang modal jenis Cultivated Biological Resources terutama tanaman sawit, teh dan coklat.
"Pengeluaran pemerintah sangat berperan dalam pembangunan infrastruktur yang didukung oleh masuknya PMA maupun PMDB, serta peningkatan usaha UKM," jelas Suryamin.
Namun, kinerja sektor perdagangan masih mengalami kelesuan yang dipicu oleh kontraksi ekspor barang non migas karena perlambatan di negara tujuan ekspor dan impor yang terkena imbas dari penurunan permintaan domestik serta depresiasi rupiah.
Secara keseluruhan, BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2016 tumbuh 5,04 persen, konsumsi pemerintah 6,28 persen, konsumsi LNPRT 6,72 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,06 persen. Tapi, ekspor tumbuh negatif 2,73 persen dan impor negatif 3,01 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2016 ikut dipengaruhi oleh sektor pertanian yang tumbuh karena ada pergeseran panen raya tanaman pangan serta industri pengolahan karena tingginya permintaan jelang Lebaran.
"Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, terutama komoditas tanaman perkebunan serta adanya pergeseran musim panen raya padi," kata Suryamin.
Pertumbuhan tersebut juga diikuti oleh lapangan usaha lainnya, kecuali pertambangan dan penggalian yang kontraksi 0,72 persen, terutama industri jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh (yoy) 13,51 persen, informasi dan komunikasi 8,47 persen dan jasa lainnya 7,88 persen.
BPS juga mencatat struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 58,81 persen dan 22,02 persen terhadap PDB.
Dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2016 telah mencapai 5,18 persen, maka secara akumulatif pertumbuhan ekonomi pada semester I-2016 mencapai 5,04 persen.
Sementara itu, perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2016 mencapai Rp3.086,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.353,2 triliun.