tirto.id - Inflasi Februari 2018 menyentuh angka 0,17 persen. Hal ini terjadi karena kenaikkan harga di seluruh kelompok pengeluaran. Meskipun begitu, angka ini dinilai masih terkendali.
"Hasil pantauan di 82 kota di Februari ada inflasi 0,17 persen. Terkendali," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, Kamis (1/3/2018).
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga di seluruh indeks pengeluaran. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau menjadi komponen dengan kenaikan tertinggi yakni 0,43 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain, ayam goreng, soto, rokok kretek, dan rokok filter masing-masing menyumbang 0,01 persen.
BPS menjelaskan, kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi dengan angka 0,13 persen. Beras dan bawang putih menjadi dua komoditas dengan andil terbesar terhadap inflasi, yaitu masing-masing sebesar 0,04 persen. Meskipun begitu, Suharyanto menilai angka 0,13 persen terbilang bagus mengingat cuaca buruk yang melanda beberapa waktu lalu.
"Bahan makanan inflasi 0,13%. Andilnya [terhadap inflasi Februari 2018] 0,01 persen. Karena cuaca yang tidak bersahabat sehingga angka ini bagus," kata Suhariyanto.
Inflasi juga terjadi di kelompok sandang dengan angka 0,35 persen. Kelompok kesehatan mengalami kenaikan 0,26 persen. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan 0,22 persen.
Kelompok kesehatan, rekreasi, dan olahraga juga mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pun terkena inflasi dengan angka 0,02 persen.
BPS pun mengungkapkan dari 82 kota yang dipantau, terhitung 55 kota mengalami inflasi sementara 27 kota lainnya mengalami deflasi. Jayapura menjadi kota dengan inflasi tertinggi yakni 1,05 persen. Adapun deflasi tertinggi terjadi di kota Medan dengan angka mencapai 0,97 persen.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Yuliana Ratnasari