Menuju konten utama

BPS: Ekspor Pakaian Bali Naik 24,61 Persen

Badan Pusat Statistik Bali menyebutkan bahwa selama bulan Februari, telah terjadi peningkatan ekspor pakaian jadi bukan rajutan sebesar 24,61 persen. Pakaian jadi bukan rajutan memberikan kontribusi sebesar 14,66 persen dari total ekspor Bali secara keseluruhan yaitu sebesar 40,331 juta dolar AS.

BPS: Ekspor Pakaian Bali Naik 24,61 Persen
Ilustrasi. Antara Foto/Rosa Panggabean.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyebutkan bahwa terjadi peningkatan ekspor pakaian jadi bukan rajutan selama bulan Februari 2016 sebesar 24,61 persen. Kenaikan ini menyumbang devisa bagi provinsi tersebut sebesar 5,91 juta dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan bulan sebelumnya (Januari 2016) sebesar 4,74 juta dolar AS.

"Perolehan devisa itu jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya justru merosot 8,86 persen, karena Februari 2015 meraup devisa sebesar 6,48 juta dolar AS," kata Kepala BPS Provinsi Bali Ir Adi Nugroho MM, di Denpasar, Rabu, (13/4/2016).

Ia menambahkan, pakaian jadi bukan rajutan memberikan kontribusi sebesar 14,66 persen dari total ekspor Bali secara keseluruhan yaitu sebesar 40,331 juta dolar AS selama bulan Februari 2016. Angka tersebut meningkat 11,44 persen dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 36,19 juta dolar AS.

Komoditas tersebut paling banyak menembus pasaran AS dengan jumlah sebesar 24,59 persen, menyusul Prancis 13,49 persen, Spanyol 13,05 persen, Jepang 2,32 persen, Singapura 5,62 persen, Australia 8,49 persen, Cina 0,18 persen, Hong Kong 3,02 persen, Italia 3,46 persen, Jerman 1,48 persen dan negara lainnya sebesar 24,32 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, pakaian Bali, terutama yang dibuat dan diisi dengan monte dan bordiran yang diproduksi secara manual, cenderung memiliki nilai seni lebih, apalagi jika rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara konsumen.

Guna meningkatkan devisa dari pengiriman jenis komoditas tersebut ke pasar ekspor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun.

Upaya itu diharapkan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian untuk memenuhi selera konsumen di mancanegara. Terobosan itu dilakukan mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari tekstil dan produk tekstil (TPT), semakin menurun.

Menurunnya usaha TPT di Bali terjadi karena kalah bersaing dengan usaha serupa yang berkembang di Cina dan India. Selain itu, usaha TPT di Bali masih mengimpor bahan baku dari mancanegara, sedangkan kedua negara pesaing itu memiliki bahan baku berupa kain sutera sehingga tidak perlu mendatangkan lagi dari luar negeri.

Ekspor pakaian dari Bali ke berbagai negara mulai membaik, meskipun belum secerah tahun 1990-an saat intensitas perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sangat ramai.

Baca juga artikel terkait BALI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Yantina Debora